LAPORAN HASIL
Praktek Profesi Keperawatan Komunitas
DI KELURAHAN PONJALAE RW II
KECAMATAN WARA TIMUR
KOTA
PALOPO
20 Februeri s.d
17 Maret 2012
OLEH
FATRATUL WAHYI
2009.110
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
AKPER SAWERIGADING PEMDA LUWU PALOPO
2012
HALAMAN PENGESAHAN
Mahasiswa Akper Sawerigading Pemda Luwu telah menyusun laporan di Lingkungan Kelurahan Ponjalae RW 02 RT 01,02,03,04,dan 05
Kecamatam Wara Utara Kota Palopo.
MAHASISWA PKL KOMUNITY AKPER SAWERIGADING PEMDA LUWU ANGKATAN XI
TAHUN 2011/2012
Koordinator Camat Koordinator Lingkungan
Dian Hasdin Wiranata Muhammad Andri
Pembimbing Institusi Kepala Kelurahan Ponjalae
Ns.Hardin,S.Kep Naimah Basmin,S.SOS
DISAHKAN OLEH
DIREKTUR AKPER SAWERIGADING
PEMDA LUWU
Hj.Mahriani
Mahmud,ST.M.Kes.
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya seluruh kegiatan
Praktik Profesi D3 Keperawatan Komunitas di Kel.
Ponjalae, Kec. Wara Timur, Kota Palopo dan penyusunan
laporan hasil kegiatan dapat diselesaikan.
Kegiatan praktik dan
penyusunan laporan ini dapat diselesaikan pula atas bantuan, bimbingan, dan
kerjasama berbagai pihak. Untuk itu bersama dengan ini kami ingin mengucapkan
banyak terima kasih kepada :
1. Ibu Direktur Akademi
Keperawatan Akper Sawerigading Pemda Luwu.
2. Bapak/Ibu Koordinator PKL Komunity Akper Sawerigading Pemda Luwu.
3. Bapak/Ibu Dosen Pembimbing PKL Komunity Akper Sawerigading Pemda Luwu.
4. Bapak Kepala Kecamatan Ponjalae
5. Bapak Kepala Kelurahan Ponjalae
6. Bapak Kepala RW 02 Kelurahan Ponjalae
7. Bapak/Ibu RT 01, 02, 03,04,dan 05 Kelurahan Ponjalae.
8. Masyarakat Lingkungan Kelurahan Ponjalae RW 02
9. Rekan-rekan mahasiswa PKL Komunity Akper Sawerigading Pemda Luwu.
10. Orang tua dan sanak saudara kami yang tercinta
yang telah memberikan Do’a dan dukungan
baik fisik, materi dan spiritual.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih
memiliki kekurangan, oleh karena itu permohonan maaf kami haturkan sebelumnya serta
segala kritik dan saran sangat kami harapkan adanya.
Harapan kami semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang berkepentingan dalamnya, khususnya seluru aparat
lingkungan, kelurahan dan kecamatan yang terkait.
Palopo, 14 Maret
2012
P
e n y u s u n
Fatratul Wahyi Arief
ABSTRAK
LAPORAN HASIL
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN KOMUNITAS
DI KELURAHAN
PONJALAE RW 02
KECAMATAN WARA TIMUR KOTA PALOPO
TANGGAL 20 FEBRUARI s.d 17 MARET 2012
KELOMPOK VII
Kelurahan Ponjalae merupakan salah satu wilayah di
Kecamatan Wara Timur Kota Palopo menjadi sasaran pelaksanaan
praktek profesi keperawatan komunitas Akper Sawerigading Pemda Luwu tahun 2012 yang diharapkan dapat dijadikan sebagai daerah binaan dalam penerapan proses keperawatan
komunitas. Salah satu alasan dipilihnya Kelurahan Ponjalae sebagai
lokasi praktek profesi keperawatan komunitas adalah wilayah ini jarang tersentuh oleh petugas kesehatan sehingga keberadaan mahasiswa
dapat memberikan konstribusi dalam membantu tercapainya derajat kesehatan
optimal.
Pada akhir praktek keperawatan
komunitas diharapkan masyarakat lokasi binaan mampu mandiri dalam menyelesaikan berbagai masalah kesehatan. Salah satu bentuk pendekatan
yang digunakan adalah melakukan pembinaan kesehatan dasar utama kepada kader
kesehatan sebagai promotor kesehatan berbasis masyarakat. Hal ini sejalan
dengan arah pembangunan kesehatan dalam rangka mewujudkan kota
sehat. Upaya kesehatan berbasis masyarakat yang diharapkan
mampu menanggulangi faktor risiko masalah kesehatan setempat.
Berdasarkan hasil analisa data
ditemukan tiga masalah kesehatan dan masalah keperawatan pada masyarakat Ponjalae yaitu: Resiko terjadinya penyakit (Diare,
ISPA, DBD, Flu Burung), risiko terjadinya penyakit pada bayi atau balita
diakibatkan oleh daya tahan tubuh yang kurang, dan resiko terjadinya penyakit pada
lansia.
Tindakan keperawatan untuk
mengatasi masalah kesehatan masyarakat wilayah binaan dilakukan serangkaian
kegiatan melalui penggalangan masyarakat, kerjasama lintas sektor dan program
diataranya adalah penyuluhan kesehatan, pengadaan pembuatan
tempat sampah, pembuatan batas-batas
wilayah RW dan RT, kegiatan posyandu, gerakan hidup
bersih melalui kerja bakti, dan perawatan rumah terintegrasi dengan keluarga.
Hasil yang dicapai dalam setiap
kegiatan belum memenuhi secara optimal dikarenakan kesibukan masyarakat dalam mengatur waktu setiap kali
pelaksanaan kegiatan.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sistem Kesehatan Nasional adalah suatu
tatanan yang mencerminkan upaya bangsa Indonesia untuk meningkatkan
kemampuannya mencapai derajat kesehatan yang optimal sebagai perwujudan
kesejahteraan umum seperti yang dimaksud Undang-Undang Dasar 1945.
Arah
kebijakan pembangunan di Indonesia telah mengalami pergeseran menuju
paradigma sehat yang merupakan upaya kesehatan yang lebih mengutamakan tindakan
promotif, preventif dan tidak mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Paradigma sehat adalah suatu kebijakan pembangunan kesehatan dalam rangka
mencapai visi Indonesia sehat 2010, dimana diproyeksikan tentang keadaan
masyarakat mayoritas hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku sehat,
memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan
merata serta berada pada derajat kesehatan yang optimal. Hal ini merupakan
koreksi pada kebijakan pembangunan kesehatan masa lalu sekaligus merupakan
peluang dan tantangan bagi tenaga keperawatan untuk lebih meningkatkan keilmuan
dan profesionalisme di bidang perawatan kesehatan masyarakat.
Keperawatan
komunitas sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan utama yang ditujukan
kepada masyarakat yang dilandasi pengetahuan teoritis guna menyelesaikan
masalah kesehatan dalam memenuhi kebutuhan dasar komunitas.
Keperawatan
merupakan salah satu bagian integral dari pelayanan kesehatan di Indonesia,
yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik sehat
maupun sakit dan memiliki kontribusi yang nyata dalam pembangunan kesehatan,
terutama dalam mendukung kebijakan pemerintah melalui paradigma sehat, menuju
visi Indonesia Sehat 2010. Keperawatan kesehatan masyarakat merupakan perpaduan
antara praktek keperawatan dan praktek kesehatan masyarakat. Kegiatan praktek
ini dilakukan secara komprehensif dan tidak terbatas pada kelompok umur atau
diagnosa tertentu serta dilaksanakan secara berkelanjutan. Keperawatan
kesehatan masyarakat ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat dalam bentuk pelayanan keperawatan dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan secara menyeluruh.
Pendekatan yang digunakan dalam keperawatan komunitas adalah pendekatan
keluarga binaan (keluarga yang sehat, sakit atau risiko tinggi), dan bekerja
sama dengan kelompok kerja komunitas.
Strategi yang
digunakan untuk pemecahan masalah adalah melalui pendidikan kesehatan (promotif
dan preventif), penggunaan teknologi tepat guna, serta memanfaatkan kebijakan
pemerintah yang terkait di bidang kesehatan. Proses keperawatan komunitas
dilakukan melalui lima tahap, yaitu : pengkajian, analisa data, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
Dalam rangka
memenuhi tugas pelaksanaan praktek keperawatan komunitas yang diadakan selama 4
minggu, diharapkan mahasiswa program Praktek Keperawatan Komunitas Akper
Sawerigading Pemda Luwu di Kel. Ponjalae, dapat mengaplikasikan konsep-konsep
keperawatan komunitas yang diperoleh pada perkuliahan kepada masyarakat. Untuk
meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas,
maka kegiatan diarahkan pada identifikasi masalah kesehatan masyarakat melalui
pengkajian, analisa data, prioritas masalah, perencanaan, implementasi serta
evaluasi keperawatan komunitas bersama masyarakat.
Guna mendukung
kelancaran kegiatan keperawatan komunitas, maka dibentuk Kelompok Kerja
Kesehatan (POKJAKES) di Kel. Ponjalae bersama masyarakat sehingga diharapkan
kegiatan komunitas dapat dilaksanakan secara bersama-sama dengan masyarakat
dalam mengorganisir, merencanakan, melaksanakan serta mengevaluasi program / kegiatan yang telah dilakukan.
Kelurahan Ponjalae merupakan
salah satu wilayah di Kota Palopo yang menjadi sasaran pelaksanaan praktek
keperawatan komunitas yang diharapkan dapat dijadikan sebagai daerah binaan
dalam penerapan proses keperawatan komunitas.
Di akhir praktek
komunitas diharapkan kelompok kerja kesehatan terus giat mengidentifikasi serta
mengatasi masalah kesehatan yang timbul di wilayahnya, karena dalam praktek
diupayakan ada desiminasi ilmu pengetahuan dari mahasiswa ke masyarakat sebagai
strategi utama dalam memberi bekal pengetahuan dan keterampilan dalam mengatasi
masalah kesehatan, sehingga keberadaan POKJAKES tetap berkesinambungan dalam
mengatasi masalah kesehatan.
B.
Tujuan
Penulisan
1.
Tujuan umum
Menerapkan proses
keperawatan dengan bekerja sama dengan keluarga, kelompok dan masyarakat dalam
meningkatkan dan memelihara kesehatan utama dengan menggunakan ilmu dan kiat
keperawatan.
2. Tujuan
khusus
a. Mengkaji kebutuhan dan masalah keperawatan
keluarga, kelompok, dan masyarakat.
b. Mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan dan
keperawatan keluarga, kelompok, dan masyarakat.
c. Menetapkan perencanakan asuhan keperawatan baik
keluarga maupun komunitas dalam rangka mengembangkan kemampuan keluarga,
kelompok, dan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan.
d. Melaksanakn rencana asuhan keperawatan melalui
pendekatan pengorganisasian masyarakat, penggunaan teknologi tepat guna, kerja
sama lintas sektoral dan lintas program,
dan pendidikan kesehatan yang
berhubungan dengan kebutuhan atau masalah kesehatan.
e. Mengevaluasi tindakan keperawatan berdasarkan
standar dan kriteria yang telah ditetapkan.
f.
Mendokumentasikan
dan melaporkan data atau informasi yang akurat berbagai aktifitas asuhan
keperawatan pada keluarga, kelompok, dan komunitas.
C.
Manfaat
Penulisan
Laporan hasil praktek
keperawatan komunitas ini diharapkan dapat bermamfaat bagi :
1.
Pengembangan
kemandirian masyarakat dalam mengatsi berbagai masalah kesehatan yang ditandai
dengan terciptanya perilaku hidup bersih dan sehat serta memamfaatkan sarana
kesehatan yang tersedia.
2.
Meningkatkan
kemampuan keluarga dalam melaksakan fungsi kesehatan dan keperawartan kesehatan
anggota keluarga.
3.
Meningkatkan
kemampuan mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan konsep
keparawatan, khususnya keperawatan komunitas untuk memfasilitasi masyarakat
dalammemecahkan bebagai masalah kesehatan.
4. Sebagai masukan untuk membina hubungan yang baik
antara institusi pendidikan keperawatan, instistusi pelayanan kesehatan serta
masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan.
5. Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa dan teman
sejawat dalam upaya pengembangan asuhan keperawatan keluarga, kelompok, dan
komunitas.
D.
Metode
Penulisan
1. Waktu
dan Tempat
Praktek Profesi Keperawatan Komunitas
dilaksanakan pada tanggal 20 Februari s/d 17 Maret 2012 di kelurahan Ponjalae
Kecamatan Wara Utara Kota Palopo.
2. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan metode wawancara, observasi
langsung, pemeriksaan fisik kondisi kesehatan masyarakat dan
lingkungannya dengan berpedoman pada format pengkajian keperawatan komunitas
dan mempelajari bebagai literatur.
3. Analisa
Analisa dilakukan pada tiap-tiap
tahapan proses keperawatan dengan mempelajari berbagai literatur tentang
keperawatan komunitas yang dihubungkan dengan kasus dan selanjutnya dilakukan pembahasan
terhadap hasil yang didapatkan.
TINJAUAN TEORITIS
Pelayanan Kesehatan
Utama
Pelayanan Kesehatan Utama
adalah pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis,
ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara umum baik oleh individu maupun
keluarga dalam masyarakat, melalui partisipasi mereka sepenuhnya tentu dengan
biaya yang dapat dijangkau oleh masyarakat untuk memelihara setiap tingkat
perkembangan mereka dalam semangat hidup mandiri dan menentukan nasib pribadi
(Nasrul Effendy, 1997).
Fungsi dari Pelayanan Kesehatan Utama (PKU)
adalah pemeliharaan kesehatan, pemecahan diagnosa penyakit dan pengobatan,
pelayanan tindak lanjut dan pemberian sertifikat. Adapun tanggung jawab perawat
dalam Pealayan Kesehatan Utama adalah :
1.
Mendorong partisipasi aktif
masyarakat dalam pengembangan dan implementasi pelayanan kesehatan dan program
pendidikan kesehatan.
2.
Kerja sama dengan masyarakat,
keluarga dan individu.
3.
Mengajarkan konsep kesehatan
dasar dan tehnik asuhan diri sendiri pada masyarakat.
4. Memberikan bimbingan dan dukungan pada
petugas pelayanan kesehatan dan kepada masyarakat.
5. Koordinasi kegiatan kebijakan tentang
kesehatan masyarakat.
Sasaran PKU adalah individu, keluarga/kelompok dan
masyarakat dengan fokus upaya kesehatan primer, sekunder dan tersier. Jadi
keluarga atau kelompok masyarakat ditingkatkan untuk menciptakan derajat
kesehatan yang optimal.
Strategi Pelayanan
Kesehatan Utama adalah memotivasi masyarakat agar dapat merawat dan mengatur
diri sendiri dalam memelihara kesehatan. Agar delapan unsur utama Pelayanan Kesehatan
Utama yaitu peningkatan pengetahuan untuk mengatasi dan mencegah masalah
kesehatan, peningkatan gizi masyarakat, kesehatan ibu dan anak termasuk KB,
penyediaan air yang mempunyai syarat kesehatan sanitasi yang baik, imunisasi,
tindakan preventif dan kontrol terhadap penyakit endemik lokal, tindakan yang
tepat terhadap penyakit yang terjadi dan penggunaan obat tradisional dalam
masyarakat.
Prinsip dalam
pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Utama berorientasi pada distribusi pelayanan
kesehatan yang merata. Melibatkan masyarakat, menggunakan teknologi tepat guna
(menggunakan sarana atau fasilitas yang ada di dalam masyarakat itu sendiri),
berfokus pada pencegahan dan pendekatan multi sektoral. Kegiatan dalam Pelayanan
Kesehatan Utama meliputi : penyuluhan kesehatan terhadap masalah kesehatan yang
pokok, cara penanggulangan dan pencegahan serta pengobatannya, imunisasi,
kesehatan ibu dan anak, KB, perbaikan gizi, pencegahan penyakit menular,
pengadaan obat esensial, sanitasi dan pengadaan air bersih.
Hubungan konsep Pelayanan
Kesehatan Utama dan komunitas adalah untuk melaksanakan kesehatan masyarakat, mengatur jenjang tingkat
pelayanan kesehatan menjadi tingkat rumah tangga (individu dan keluarga),
tingkat masyarakat (pimpinan atau tokoh), tingkat rujukan pertama (Rumah Sakit tipe
A dan B), serta menyelenggarkan kerja sama lintas sektoral dan lintas program
yang melibatkan peran serta masyarakat. Peran serta masyarakat diperlukan dalam
hal kesehatan perorangan. Komunitas sebagai subjek sekaligus objek dalam Pelayanan
Kesehatan Utama diharapkan mampu mengenal, mengambil keputusan dalam menjaga
kesehatannya. Sebagai akhir tujuan Pelayanan Kesehatan Utama diharapkan
masyarakat mampu secara mandiri menjaga dan melayani status kesehatan komunitas
dimana dia tinggal.
Konsep Keperawatan Komunitas
Model keperawatan komunitas disusun mengacu
pada model atau teori keperawatan dan teori yang terkait dengan kesehatan
masyarakat, diantaranya ; menurut Chang
(1982) perawatan komunitas adalah menyeluruh, mampu berfungsi
sebagai tim dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat, mampu
berkomunikasi dan memotivasi masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan pada
masyarakat tersebut.
Sedangkan Ruth B Freeman (1981)
mendefinisikan perawatan komunitas adalah kesatuan yang unik dari praktek
keperawatan dan kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada pengembangan dan
peningkatan kemampuan kesehatan baik sendiri sebagai perorangan maupun secara
kolektif sebagai keluarga, kelompok khusus atau masyarakat, pelayanan ini
tercakup dalam spektrum pelayanan kesehatan untuk masyarakat.
Keperawatan komunitas sebagai salah satu
bentuk pelayanan kesehatan utama yang ditujukan pada masyarakat, prakteknya
memerlukan acuan atau landasan teoritis untuk menyelesaikan penyimpangan dalam
kebutuhan dasar komunitas. Banyak konseptual model keperawatan dikembangkan
oleh para ahli, salah satunya adalah konsep model dari Betty Neuman (1972),
yang menekankan pada pendekatan sistem untuk mengatasi masalah kesehatan.
Model teori Neuman didasari oleh teori
sistem dimana terdiri dari individu, keluarga atau kelompok dan komunitas yang
merupakan terget pelayanan kesehatan. Kesehatan masyarakat ditentukan oleh
hasil interaksi yang dinamis antara komunitas dan lingkungan serta tenaga
kesehatan untuk melakukan tiga tingkatan pencegahan, yaitu pencegahan primer,
sekunder dan tersier.
1.
Pencegahan Primer
Pencegahan primer dalam arti sebenarnya,
terjadi sebelum sakit atau diaplikasikan ke populasi yang sehat pada umumnya.
Pencegahan primer ini mencakup kegiatan mengidentifikasikan faktor resiko terjadinya
penyakit, mengkaji kegiatan-kegiatn promosi kesehatan dan pendidikan dalam
komunitas. Pencegahan ini mencakup peningkatan kesehatan pada umumnya dan
perlindungan khusus terhadap penyakit.
2.
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah intervensi yang
dilakukan pada saat terjadinya perubahan derajat kesehatan masyrakat dan
ditemukannya masalah kesehatan. Pencegahan sekunder menekankan pada diagnosa
dini, intervensi yang tepat, memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan
atau keseriusan penyakit.
3.
Pencegahan Tersier
Fokus pada tingkat pencegahan ini adalah
untuk mempertahankan kesehatan setelah terjadi gangguan beberapa sistem tubuh.
Rehabilitasi sebagai tujuan pencegahan tersier tidak hanya untuk menghambat
proses penyakitnya, tetapi juga mengendalikan individu kepada tingkat berfungsi
yang optimal dari ketidakmampuannya.
Model teori Neuman
menggambarkan bahwa komunitas adalah sistem terbuka yang mempunyai lima variabel yang saling
mempengaruhi satu dengan yang lainnya dalam komunitas yaitu biologis,
psikologis, sosiokultural, perkembangan dan spiritual.
Sumber energi
infrastruktur dikelilingi oleh tiga lapisan sistem pertahanan stressor yaitu
garis resisten, garis pertahanan normal, garis pertahanan fleksibel. Ketiga
lapisan pertahanan tersebut bertujuan untuk melindungi infra struktur atau
sumber energi dari stressor yang dapat mempengaruhi komunitas.
Sasaran dari keperawatan
kesehatan komunitas adalah semua orang yang membentuk masyarakat (Anderson,
1988). Secara lebih rinci sasaran ini terdiri dari tiga tingkat
yaitu individu, keluarga dan komunitas.
1.
Tingkat individu
Individu adalah bagian dari anggota
keluarga. Apabila individu tersebut mempunyai masalah kesehatan dan keperawatan
(ketidakmampuan dalam merawat dirinya sendiri) karena sesuatu hal dan sebab,
maka akan mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental dan
sosial. Dalam praktek keperawatan komunitas, perawat memberikan asuhan keperawatan
kepada individu yang mempunyai masalah kesehatan tertentu (misal TBC, ibu
hamil, dan lain-lain) dengan sasaran dan pusat perhatian pada masalah dan
pemecahan masalah kesehatan individu.
2.
Tingkat keluarga
Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana
anggota keluarga yang bermasalah kesehatan yang dirawat sebagai bagian dari
keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan keluarga berikut :
a.
Mengenal masalah kesehatan.
b.
Mengambil keputusan untuk
mengatasi masalah kesehatan.
c. Memberikan perawatan pada anggota
keluarga.
d.
Memodifikasi lingkungan yang
sehat.
e.
Memanfaatkan sarana kesehatan
yang tersedia untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga.
3.
Tingkat komunitas
Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi
pada individu, keluarga dilihat dari sebagai satu kesatuan dalam komunitas.
Asuhan ini diberikan untuk kelompok berisiko atau masyarakat wilayah binaan.
Pada tingkat komunitas asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan memandang
komunitas sebagai klien.
Asuhan Keperawatan
Komunitas
Keperawatan komunitas adalah suatu bentuk
pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yang
ditujukan pada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi
(keluarga dengan resiko tinggi, daerah tertinggal, miskin dan tidak terjangkau)
dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit serta tidak mengabaikan care (perawatan) dan rehabilitasi. Pelayanan yang diberikan dapat
terjangkau oleh masyarakat dan melibatkan masyarakat sebagai mitra dalam
pemberian pelayanan keperawatan.
Keperawatan komunitas ditujukan kepada
individu, keluarga dan masyarakat dan pelayanan yang diberikan sifatnya
berkelanjutan dengan menggunakan proses keperawatan dengan sifat asuhan yang
menyuluruh dan umum. Pendekatan yang digunakan dalam keperawatan komunitas.
Strategi yang digunakan untuk pemecahan masalah adalah melalui pendidikan
kesehatan, teknologi tepat guna serta memanfaatkan kebijaksanaan pemerintah.
Keperawatan komunitas bertujuan memandirikan
masyarakat menang-gulangi masalah kesehatannya sendiri. Kegiatan dilakukan
secara berkesi-nambungan atau yang berkelanjutan dan menggunakan metode proses
keperawatan komunitas yang dilakukan melalui lima tahap, sebagai berikut :
1.
Pengkajian
Pengkajian komunitas
menurut Anderson dan Mc. Forlane
(1985) yaitu terdiri dari inti komunitas yang meliputi demografi,
populasi, nilai-nilai keyakinan, riwayat individu termasuk kesehatan,
faktor-faktor lingkungan adalah lingkungan fisik, pendidikan, keamanan dan
transportasi, politik dan pemerintah, pelayanan kesehatan dan sosial komunitas
ekonomi dan rekreasi.
Semua aspek ini dikaji melalui pengamatan
langsung, penggunaan data statistik, angket, wawancara dengan tokoh masyarakat,
tokoh agama dan aparat pemerintah.
2.
Analisa data dan diagnosa
keperawatan
Dari hasil pengkajian
diperoleh data-data yang kemudian dianalisa untuk mengetahui stressor yang
mengancam masyarakat dan seberapa berat yang muncul dalam masyarakat tersebut.
Selanjutnya dirumuskan masalah dan diagnosa keperawatan menurut Mueke (1987), yang terdiri dari :
a.
Masalah sehat - sakit
b.
Karakteristik populasi
c.
Karakteristik lingkungan
3.
Perencanaan
Strategi intervensi
keperawatan komunitas mencakup tiga aspek, yaitu primer, sekunder dan tersier,
melalui pendidikan kesehatan dan kerjasama (partnership). Untuk meningkatkan
kerjasama dan proses kelompok serta mendorong peran serta masyarakat dalam
memecahkan masalah kesehatan, yang dihadapi yang akhirnya untuk menumbuhkan
kemandirian masyarakat, maka diperlukan pengorganisasian komunitas yang
dirancang untuk membuat perubahan. Menurut Rhotman (1986), ada tiga model pendekatan pengorganisasian
komunitas yaitu pendekatan perencanaan sosial (social planning), pendekatan
social action, namun yang dominan adalah dengan pendekatan locality development
yang berarti mengembangkan masyarakat berdasarkan sumber daya dan sumber dana
yang dimiliki, serta mampu mengurangi hambatan yang ada.
Pendekatan pengembangan
masyarakat (locality development)
dirancang untuk menumbuhkan kondisi kemajuan sosial dan ekonomi masyarakat
dengan partisipasi aktif masyarakat dan penuh percaya diri dalam memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi, dan memotivasi mereka untuk partisipasi aktif
dalam memecahkan masalah kesehatannya sendiri.
4.
Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan praktek
keperawatan komunikasi berfokus pada tiga tingkat pencegahan (Anderson dan Mc. Forlane, 1985).
a.
Pencegahan primer
Pencegahan primer dalam arti sebenarnya,
dilakukan sebelum terjadi sakit. Pencegahan ini mencakup peningkatan kesehatan
dan perlindungan khusus terhadap penyakit.
b.
Pencegahan sekunder
Pencegahan pada diagnosa dini dan intervensi
yang tepat untuk menghambat proses penyakit atau kelainan, sehingga
memperpendek masa sakit dan tingkat keparahan.
c.
Pencegahan tersier
Pencegahan ini dimulai pada saat cacat atau
tidak dapat diperbaiki lagi (irreversibel).
Kegiatan rehabilitasi selain bertujuan menghambat proses penyakit juga
mengembalikan individu ke fungsi yang optimal, intervensi atau tindakan yang
dilakukan untuk pencapaian tujuan dengan cara :
1)
Aktifitas atau kegiatan program
2)
Pembentukkan kelompok dasawisma
5.
Evaluasi
Evaluasi merupakan respon
komunitas atau masyarakat terhadap program kesehatan yang telah dilaksanakan
meliputi masukan (input), pelaksanaan
(process), hasil (output). Sedangkan fokus evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan
komunitas adalah :
a. Relevansi antara kenyataan yang ada dengan
pelaksanaan.
b. Perkembangan proses apakah sesuai dengan
perencanaan, bagaimana dengan peran staf atau pelaksanaan tindakan, fasilitas
dan jumlah peserta.
c. Efisiensi biaya : pencarian sumber dana
dan penggunaannya.
d. Efektifitas kerja : apakah tujuan tercapai
dan apakah klien atau masyarakat puas.
e.
Dampak : apakah status
kesehatan meningkat setelah dilakukan intervensi
Untuk mengimplementasikan konsep keperawatan komunitas yang telah dipelajari,
maka mahasiswa melakukan praktek keperawatan di Dusun Kokoa Desa Marannu
Kecamatan Lau Kabupaten Maros. Laporan kegiatan praktek mahasiswa akan
dilaporkan secara rinci pada BAB selanjutnya.
BAB III
APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
DI KELURAHAN PONJALAE
RW 02 KECAMATAN WARA TIMUR KOTA PALOPO DALAM RANGKA PELAYANAN
KESEHATAN UTAMA
Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
di Kelurahan Ponjalae Kecamatan Wara Utara maka mahasiswa berusaha untuk menerapkan konsep-konsep keperawatan
komunitas yang ada.
Kegiatan
praktek keperawatan komunitas yang
dilaksanakan oleh mahasiswa di Kelurahan
ponjalae diawali dengan penerimaan mahasiswa oleh Camat
Wara
Timur dan melakukan pertemuan dengan Kepala Kelurahan ponjalae sebagai
perkenalan yang merupakan langkah awal
dalam penerimaan di masyarakat. Mahasiswa juga melakukan kerja sama dengan kader kesehatan Posyandu di Kelurahan Ponjale dalam menyelaraskan program kerja yang
akan dilaksanakan. Selain kegiatan komunitas, mahasiswa juga memberikan asuhan
keperawatan keluarga, resume, dan gerontik. Keluarga yang menjadi sasaran untuk
dibina khususnya adalah keluarga dengan risiko kesehatan.
Adaptasi
kegiatan-kegiatan kelompok kerja kesehatan yang dilaporkan meliputi tahap-tahap
persiapan dan pelaksanaan. Persiapan meliputi persiapan kemasyarakatan dan
persiapan tekhnis sedangkan tahap pelaksanaan terdiri dari pengkajian, perencanaan, implementasi,
evaluasi dan rencana tindak lanjut.
A.
Persiapan
1.
Persiapan kemasyarakatan
Pada tahap persiapan kemasyarakatan,
kelompok melakukan kegiatan pertemuan dengan kepala Kelurahan Ponjalae dan kader kesehatan posyandu yang
dilaksanakan pada tangga 20 Maret
2012 di Kantor
Kelurahan Ponjalae. Dalam tersebut, mahasiswa melakukan
pendekatan membina hubungan saling percaya dengan memperkenalkan diri dan
menjelaskan tentang tujuan Praktek Profesi Keperawatan Komunitas di Kelurahan Ponjalae.
Pada tanggal 20 s.d. 24 bFebruari 2012,
mahasiswa bersama dengan kader kesehatan mulai mengadakan identifikasi masalah kesehatan yang ada di
masyarakat dengan cara melakukan pendataan status kesehatan di Kelurahan Ponjalae RW II.
Selanjutnya hasil pendataan kemudian ditabulasi selama tiga hari (tanggal 25 s/d 27 Februari 2012) dengan menggunakan program Exel.
Pada tanggal 21 Maret 2012, dilakukan pertemuan pertama yang dibuka
dengan perkenalan oleh mahasiswa yang bertugas di lahan praktek dan dilanjutkan
dengan pembentukan kelompok kecil guna menggali masalah kesehatan yang terdapat
di Kelurahan Ponjalae RW II. Mahasiswa meminta tiap kelompok kecil untuk membacakan hasil
diskusi masalah yang dihadapi di Kelurahan
Ponjalae RW II. Dari hasil tersebut, mahasiswa mencoba
membandingkan hasil tabulasi yang didapatkan setelah dilakukan pendataan.
Bardasarkan hasil tabulasi, kemudian dilakukan analisis terhadap masalah yang
ditemukan dan menetapkan prioritas masalah kesehatan dengan menggunakan
skoring. Dari prioritas masalah yang ditemukan secara berurutan yaitu: tentang
kesehatan lingkungan yang kurang sehat, tentang kesehatan ibu dan anak, dan
kesehatan lansia. Masalah kesehatan yang didapatkan di Kelurahan Ponjalae RW II,
kemudian dimasukkan ke dalam POA (Planning
of Action) untuk dibahas dalam pertemuan berikutnya.
Pada tanggal 28 Februari
2012, dilakukan pertemuan kedua yang membahas tentang
rencana kegiatan berdasarkan masalah kesehatan yang ditemukan selama pendataan.
Rencana kegiatan yang telah disusun dimasukkan dalam bentuk POA berdasarkan
masalah kesehatan yang ada. Kemudian
mendiskusikan dan meminta masukan pada masyarakat akan rencana kegiatan dalam
menyelesaikan masalah tersebut.
Untuk alternatif penyelesaian masalah adalah
sebagai berikut :
a.
Masalah kesehatan lingkungan :
1)
Pengadaan tempat pembuangan sampah
2)
Kerja bakti
3)
Pendidikan kesehatan
b.
Masalah kesehatan ibu dan anak
1)
Pengaktifan posyandu
2)
Pelatihan dan penyegaran kader
posyandu
3)
Pendidikan kesehatan
c.
Masalah lansia
1)
Pengadaan posyandu lansia
2)
Senam lansia
3)
Pendidikan kesehatan
2.
Persiapan tekhnis
Dalam menentukan masalah
kesehatan yang ada di Kelurahan
Ponjalae RW II, mahasiswa melaksanakan pengumpulan
data. Untuk pengumpulan data ini, mahasiswa membuat angket atau lampiran.
Setelah angket/format pendataan dibuat dan digandakan maka dilakukan penyebaran
format/angket, angket dibagikan ke setiap mahasiswa yang dibagi menjadi dua
kelompok yaitu kelompok yang melakukan pendataan rumah bagian depan dan
kelompok yang lain melakukan pendataan rumah bagian belakang. Pendataan di
setiap rumah dilakukan dengan menggunakan format quisioner (terlampir) dengan
melakukan wawancara langsung kepada setiap Kepala Keluarga dalam hal ini yang
bertanggung jawab adalah Mahasiswa PPKK bersama dengan kader posyandu. Rumah
kepala keluarga yang telah didata kemudian diberi label atau sticker yang
menandakan telah dilakukan pendataan di rumah tersebut.Kegiatan ini
dilaksanakan selama 3 hari yaitu pada tanggal 1 dan 2 Maret 2012.
B.
Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan ini terdiri atas
pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
1. Pengkajian
a.
Pengumpulan data
Untuk mendapatkan informasi tentang kondisi yang
mempengaruhi kesehatan di Kelurahan
Ponjalae RW II, maka diperlukan data yang didapatkan
melalui pengkajian, yang terdiri dari kegiatan :
1)
Wawancara terstruktur dengan :
a) Ketua RW dan RT di Kelurahan Ponjalae dan kader kesehatan posyandu pada tanggal 21 dan 23 Februari 2012.
b) Kepala Puskesmas Pontap dan staf pada tanggal 21 Februari
2012.
2) Pengumpulan data dimasing-masing
rumah penduduk/Kepala Keluarga pada tanggal 21 s/d 24 Februari 2012 melalui wawancara dan observasi langsung. Untuk melaksanakan pengumpulan data ini,
diperlukan alat pengumpulan data (kuisioner) dan dibantu oleh kader kesehatan.
3) Tabulasi data pada tanggal 25 s/d 28 Juli 2008
b.
Hasil tabulasi data dan analisa data
Setelah data terkumpul, maka data tersebut
ditabulasi dan diformat dalam bentuk tabel untuk disajikan pada saat pertemuan
kedua. Pengolahan data mencakup analisa-analisa masalah kesehatan yang ada di
masyarakat. Adapun hasil pengkajian/pendataan disajikan dalam bentuk tabel, sebagai berikut:
1)
Data demografi
Tabel 3.1
Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
di Kelurahan
Ponjalae RW 02 Kec. Wara Timur Kota Palopo
No.
|
Umur
|
Jenis Kelamin
|
Total
|
%
|
|||
Laki-Laki
|
%
|
Wanita
|
%
|
||||
1
|
0-5 Tahun
|
67
|
8,27
|
63
|
8,19
|
130
|
8,23
|
2
|
6-12 Tahun
|
144
|
17,78
|
123
|
15,99
|
267
|
16,91
|
3
|
13-18 Tahun
|
189
|
23,33
|
160
|
20,81
|
349
|
22,10
|
4
|
19-35 Tahun
|
216
|
26,67
|
227
|
29,52
|
443
|
28,06
|
5
|
36-59 Tahun
|
140
|
17,28
|
129
|
16,78
|
269
|
17,04
|
6
|
> 60 Tahun
|
54
|
6,67
|
67
|
8,71
|
121
|
7,66
|
|
Total
|
810
|
100
|
769
|
100
|
1579
|
100
|
Sumber : Data primer
Dari tabel di atas, jenis kelamin terbanyak adalah wanita dengan usia dewasa atau umur 19-35 tahun yaitu 227 orang (29,52%), sedangkan yang menempati paling kecil
yaitu Lansia dengan
usia > 60 tahun sebesar 54 orang (6,67%).
Tabel 3.2
Distribusi
Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Kelurahan Ponjalae RW 02 Kec.
Wara Timur Kota Palopo
No
|
Pendidikan
|
Frekuensi
|
%
|
1
|
Belum Sekolah
|
112
|
7,09
|
2
|
Tidak Sekolah
|
221
|
14,00
|
3
|
TK
|
115
|
7,28
|
4
|
SD
|
498
|
31,54
|
5
|
SMP
|
331
|
20,96
|
6
|
SMA
|
225
|
14,25
|
7
|
PT
|
77
|
4,88
|
|
Total
|
1579
|
100
|
Sumber : Data
primer
Berdasarkan tabel di atas, distribusi penduduk yang
terbesar di di Kelurahan Ponjale RW II Kec. Wara Timur Kota
Palopo dengan tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 498 orang (31,54%). Sedangkan penduduk
dengan tingkat pendidikan Perguruan
Tinggi menempati jumlah yang terkecil sebanyak 77 orang (4,88%).
Tabel 3.3
Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama
di Kelurahan
Ponjalae RW 02 Kec. Wara Timur Kota Palopo
No
|
AGAMA
|
Frekuansi
|
%
|
1
|
Islam
|
1579
|
100
|
2
|
Protestan
|
-
|
-
|
3
|
Katolik
|
-
|
-
|
4
|
Hindu
|
-
|
-
|
5
|
Budha
|
-
|
-
|
|
Total
|
1579
|
100
|
Sumber : Data primer
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa 100% masyarakat di Kelurahan Ponjale RW II Kec. Wara Timur Kota Palopo beragama Islam.
Tabel 3.4
Distribusi
Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Kelurahan Ponjalae RW 02 Kec.
Wara Timur Kota Palopo
No
|
Pekerjaan
|
Frekuansi
|
%
|
1
|
Petani
|
85
|
5,38
|
2
|
Nelayan
|
137
|
8,68
|
3
|
Pedagang
|
113
|
7,16
|
4
|
PNS
|
46
|
2,91
|
5
|
TNI/POLRI
|
-
|
-
|
6
|
Pensiunan
|
8
|
0,51
|
7
|
Swasta
|
288
|
18,24
|
8
|
Tidak Bekerja
|
902
|
57,12
|
|
JUMLAH
|
1579
|
100
|
Sumber : Data primer
Berdasarkan tabel di atas,
sebagian besar 902 jiwa (57,12%) penduduk tidak
bekerja. Hal ini menunjukkan angka beban tanggungan keluarga yang cukup besar.
Tabel 3.5
Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku
di Kelurahan
Ponjalae RW 02 Kec. Wara Timur Kota Palopo
No
|
Suku
|
Frekuansi
|
%
|
1
|
Bugis
|
1314
|
83,22
|
2
|
Makassar
|
15
|
0,95
|
3
|
Luwu
|
230
|
14,57
|
4
|
Toraja
|
-
|
-
|
5
|
Jawa
|
20
|
1,27
|
|
JUMLAH
|
1579
|
100
|
Sumber : Data primer
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa di Kelurahan Ponjale RW II Kec. Wara Timur Kota Palopo, suku dan yang terbesar adalah suku Bugis sebanyak 1314 jiwa (83,22%) dan Yang paling kecil
yaitu Suku Masssar sebanyak 15 jiwa (1,27).
Tabel 3.6
Distribusi Penghasilan Penduduk di Kelurahan Ponjalae RW 02 Kec. Wara Timur Kota Palopo
No
|
Penghasilan
|
Frekuensi
|
%
|
1
|
< RP. 1.000.000
|
197
|
63,34
|
2
|
Rp. 1.000.000 - Rp.
3.000.000
|
74
|
23,79
|
3
|
> Rp. 3.000.000
|
40
|
12,86
|
|
JUMLAH
|
311
|
100
|
Sumber : Data
primer
Dari tabel di atas sebagian besar keluarga yang pendapatannya kurang dari Rp.
1.000.000,00 yaitu sebanyak 197 KK (63,34%) dan terdapat 40 KK yang pendapatannya > Rp.
3.000.000,00 sebanyak 40 KK (12,86). Hal ini berarti
tingkat pendapatan masyarakat di Kelurahan Ponjale RW II Kec.
Wara Timur Kota Palopo relatif rendah.
2)
Data lingkungan fisik
a)
Perumahan
Tabel 3.7
Distribusi Rumah Penduduk Berdasarkan Kepemilikan Rumah
di Kelurahan
Ponjalae RW 02 Kec. Wara Timur Kota Palopo
No
|
Status Kepemilikan
|
Frekuansi
|
%
|
1
|
Milik Sendiri
|
243
|
78,14
|
2
|
Numpang
|
42
|
13,50
|
3
|
Kontrak
|
26
|
8,36
|
|
Jumlah
|
311
|
100
|
Sumber : Data
primer
Dari tabel di atas, status
kepemilikan rumah sebagian besar (78,14%) adalah milik pribadi/sendiri.
Tabel 3.8
Distribusi Rumah Penduduk Berdasarkan Tipe Rumah di Kelurahan Ponjalae RW 02 Kec. Wara Timur Kota Palopo
No
|
Type Rumah
|
Frekuansi
|
%
|
1
|
Permanan
|
49
|
15,76
|
2
|
Semi Permanen
|
106
|
34,08
|
3
|
Kayu
|
156
|
50,16
|
|
Jumlah
|
311
|
100
|
Sumber : Data primer
Dari tabel di atas menunjukkan
sebagian besar (50,16%) tipe rumah penduduk adalah rumah
panggung/kayu.
Tabel 3.9
Distribusi Rumah Penduduk Berdasarkan
Jenis Lantai Rumah di Kelurahan Ponjalae RW 02 Kec. Wara Timur Kota Palopo
No
|
Lantai
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Tanah
|
-
|
-
|
2
|
Tegel
|
45
|
14,47
|
3
|
Papan
|
156
|
50,16
|
4
|
Semen
|
110
|
35,37
|
Jumlah
|
311
|
100
|
Sumber : Data primer
Dari tabel di atas menunjukkan jenis lantai rumah
sebagian besar (97,18%) adalah papan / kayu.
Tabel 3.10
Distribusi Rumah Penduduk Berdasarkan Kepemilikan Ventilasi di Kelurahan Ponjalae RW 02 Kec. Wara Timur Kota Palopo
No
|
Jendela
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Ada
|
283
|
91,00
|
2
|
Tidak ada
|
28
|
9,00
|
|
Jumlah
|
311
|
100
|
Sumber : Data primer
Dari tabel di atas, terdapat 28 Rumah (9,00%) yang tidak ada fentilasi rumahnya. Hal ini tidak memenuhi syarat kesehatan.
Tabel 3.11
Distirbusi Pencahayaan Rumah Berdasarkan Dengan
Kapan Jendela Dibuka di Kelurahan Ponjalae RW 02 Kec. Wara Timur Kota
Palopo
No
|
Pencahayaan
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Terang
|
217
|
69,77
|
2
|
Remang-remang
|
87
|
27,97
|
3
|
Gelap
|
7
|
2,25
|
|
Jumlah
|
311
|
100
|
Sumber : Data primer
Dari tabel di atas, dari 311 Rumah penduduk terdapat 87 Rumah (27,97%)
yang pencahayaan rumahnya Remang-remang dan terdapat 7 Rumah (2,25%) yang
Pencahayaan Rumahnya Gelap. Hal ini tidak Memenuhi Syarat Pencahayaan Rumah
yang Baik.
Tabel 3.12
Distribusi Halaman di sekitar Rumah di Kelurahan Ponjalae RW 02 Kec. Wara Timur Kota Palopo
No
|
Halaman
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Ada
|
106
|
34,08
|
2
|
Tidak ada
|
205
|
65,92
|
|
Jumlah
|
311
|
100
|
Sumber : Data primer
Dari tabel di atas, Dari 311 Rumah terdapat 205 Rumah (65,92%) yang
tidak memiliki Halaman di sekitar Rumah.
Tabel 3.13
Distribusi Pemanfaatan Pekerangan Rumah di Kelurahan Ponjalae RW 02 Kec. Wara Timur Kota
Palopo
No
|
Pemanfatan pekarangan
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Kebun
|
-
|
-
|
2
|
Kolam
|
70
|
22,51
|
3
|
Kandang
|
5
|
1,61
|
4
|
Tidak dimanfaatkan
|
236
|
75,88
|
Jumlah
|
311
|
100
|
Sumber : Data
primer
Dari tabel di atas, dari 311 Rumah terdapat 236 Rumah (75,88%) yang tidak memanfaatkan
pekarangan Rumahnya.
b)
SUMBER AIR BERSIH
Tabel 3.14
Distribusi
Sumber Air Minum di Kelurahan Ponjalae RW 02 Kec. Wara Timur Kota
Palopo
No
|
Sumber air
|
Jumlah
|
%
|
1
|
PAM
|
162
|
52,09
|
2
|
Sumur
|
-
|
-
|
3
|
Air Mineral
|
149
|
47,91
|
Jumlah
|
311
|
100
|
Sumber : Data
primer
Dari tabel di atas, dari 311 Rumah terdapat 162 Rumah (52,09%) yang Sumber airnya menggunakan
PAM.
Tabel 3.15
Distribusi
Sistem Pengelolaan Air Minum di Kelurahan Ponjalae RW 02 Kec.
Wara Timur Kota Palopo
No
|
Pengolahan
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Dimasak
|
162
|
100
|
2
|
Tidak dimasak
|
-
|
-
|
|
Jumlah
|
162
|
100
|
Sumber : Data
primer
Dari tabel di atas, system pengolahan airnya 100% di masak . Hal ini memenuhi syarat kesehatan.
Tabel 3.16
Distribusi
Sumber Air Yang Digunakan di Kelurahan Ponjalae RW 02 Kec. Wara Timur Kota Palopo
No
|
Sumber air
|
Jumlah
|
%
|
1
|
PAM
|
311
|
100
|
2
|
Sumur
|
-
|
-
|
3
|
Sungai
|
-
|
-
|
4
|
Mata Air
|
-
|
-
|
|
Jumlah
|
311
|
100
|
Sumber : Data
primer
Dari tabel di atas, sumber air yang digunakan 100 % menggunakan PAM.
Tabel 3.17
Distribusi Tempat Penampungan Air Sementara di Kelurahan Ponjalae RW 02 Kec.
Wara Timur Kota Palopo
No
|
Penampungan
|
Jumlah
|
%
|
1
|
BAK
|
170
|
54,66
|
2
|
EMBER
|
56
|
18,01
|
3
|
GENTONG
|
85
|
27,33
|
4
|
LAIN-LAIN
|
-
|
-
|
JUMLAH
|
311
|
100
|
Sumber : Data primer
Dari tabel di atas, tempat penampungan air dari 311
Rumah terdapat 170 Rumah (54,66%) yang
menggunakan bak dan terdapat 56 Rumah (18,01%) yang menggunakan Ember.
Tabel 3.18
Distribusi Kondisi Tempat Penampungan
Sementara di Kelurahan Ponjalae RW 02 Kec. Wara Timur Kota Palopo
No
|
Kondisi tempat
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Terbuka
|
176
|
56,59
|
2
|
Tertutup
|
135
|
43,41
|
|
Jumlah
|
311
|
100
|
Sumber : Data
primer
Dari
tabel di atas, dari 311 Rumah tedapat
176 rumah (56,59%) yang kondisi tempat penampungan Sementaranya yang terbuka. Hal ini tidak sesuai dengan syarat kesehatan karena Tempat penampungan yang
terbuka mengundang vektor nyamuk untuk masuk dan bertelur di dalamnya.
Tabel 3.19
Distribusi Kondisi Air
di Kelurahan Ponjalae RW 02 Kec. Wara Timur Kota Palopo
No
|
Kondisi air
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Berbau
|
-
|
-
|
2
|
Berwarna
|
-
|
-
|
3
|
Berasa
|
-
|
-
|
4
|
Tidak Berbau/tidak
berasa/tidak berwarna
|
311
|
100
|
Jumlah
|
311
|
100
|
Sumber : Data primer
Dari tabel di atas (100%) kondisi air penduduk
sudah bersih. Hal ini sesuai dengan syarat kesehatan.
c)
SISTEM PEMBUANGAN SAMPAH
Tabel 3.20
Distribusi Pembuangan Sampah di Kelurahan Ponjalae RW 02 Kec. Wara Timur Kota Palopo
No
|
Sistem pembuangan
|
Jumlah
|
%
|
1
|
TPU
|
121
|
39
|
2
|
Di sungai
|
109
|
35
|
3
|
Ditimbun
|
21
|
7
|
4
|
Dibakar
|
29
|
9
|
5
|
Disembarang tempat
|
31
|
10
|
Jumlah
|
311
|
100
|
Sumber : Data primer
Dari tabel di atas, dari 311 Rumah terdapat 109 Rumah (35%) yang membuang sampahnya di sunagi
dan terdapat 31 Rumah (10%) yang membuang sampahnya di sembarangan tempat.
Tabel 3.21
Distribusi Tempat Penampungan Sampah Sementara di Kelurahan Ponjalae RW 02 Kec.
Wara Timur Kota Palopo
No
|
Penampungan sementara
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Ada
|
146
|
46,95
|
2
|
Tidak ada
|
165
|
53,05
|
|
Jumlah
|
311
|
100
|
Sumber : Data
primer
Dari tabel di atas, dari 311 Rumah terdapat 165 Rumah (53,01%) tidak ada Tempat penampungan
sampahnya.
Tabel 3.22
Distribusi Kondisi TPS di Kelurahan
Ponjalae RW 02 Kec. Wara Timur Kota Palopo
No
|
Kondisi penampungan
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Terbuka
|
146
|
100
|
2
|
Tertutup
|
-
|
-
|
|
Jumlah
|
146
|
100
|
Sumber : Data
primer
Dari tabel di atas, 100% kondisi TPSnya keadaan terbuka.
Tabel 3.23
Distribusi Jarak Pembuangan Sampah Dengan Rumah di Kelurahan Ponjalae RW 02 Kec. Wara Timur Kota
Palopo
No
|
Kepemilikan
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Kurang dari 5 M
|
157
|
50,48
|
2
|
Lebih dari 5 M
|
154
|
49,52
|
|
Jumlah
|
311
|
100
|
Sumber : Data
primer
Dari tabel di atas, dari 311 KK terdapat 157 rumah (50,48%) yang jarak pembuangan sampahnya
kurang dari 5 meter.
d) SISTEM PEMBUANGAN KOTORAN RUMAH TANGGA
Tabel 3.24
Distirbusi Kebiasaan Keluarga BAB di Kelurahan Ponjalae RW 02 Kec. Wara
Timur Kota Palopo
No
|
Sistem pembuangan
|
Jumlah
|
%
|
1
|
WC
|
275
|
88,42
|
2
|
Sungai
|
25
|
8,04
|
3
|
Dikebun
|
-
|
-
|
4
|
Disembarang Tempat
|
11
|
3,54
|
|
Jumlah
|
311
|
100
|
Sumber : Data
primer
Dari tabel di atas, dari 311 KK terdapat 25 KK (8,04
%) yang Kebisaan BABnya di sungai dan terdapat 11 KK (3,54%) yang
kebiasaan BABnya di sembarang tempat.
Tabel 3.25
Distribusi Jenis Jamban di Kelurahan Ponjalae RW 02 Kec.
Wara Timur Kota Palopo
No
|
Jenis jamban
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Cemplung
|
25
|
8,04
|
2
|
Lasterin
|
234
|
75,24
|
3
|
Leher angsa
|
52
|
16,72
|
|
Jumlah
|
311
|
100
|
Sumber : Data
primer
Dari tabel di atas, jenis jamban yang dimiliki penduduk yang paling banyak yaitu Lasterin sebanyak 234 KK (75,24%)
dan jem=nis jamban yang paling sedikit yaitu Cemplung sebanyak 25 KK (8,04%).
Tabel 3.26
Distribusi Sistem Pembuangan Air Limbah di Kelurahan Ponjalae RW 02 Kec. Wara Timur Kota
Palopo
No
|
Tempat pembuangan
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Resapan
|
98
|
31,51
|
2
|
Got
|
183
|
58,84
|
3
|
Sembarang tempat
|
30
|
9,65
|
|
Jumlah
|
311
|
100
|
Sumber : Data primer
Dari tabel di atas, dari
311 KK terdapat 98 KK (31,51%) yang sisitem pembuangan air
limbahnya yaitu resapan dan terdapat 30 KK (9,65%) yang sistem pembuangan air limbahnya itu
sembarang tempat. Hal ini
tidak memenuhi syarat kesehatan karena tempat tersebut dapat dijadikan sebagai
tempat bersarangnya nyamuk atau vektor lain.
e)
HEWAN PELIHARAAN
Tabel 3.27
Distribusi Kepemilikan Hewan Ternak di Kelurahan Ponjalae RW 02 Kec. Wara Timur Kota Palopo
No
|
Hewan peliharaan
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Ada
|
13
|
4,18
|
2
|
Tidak
|
298
|
95,82
|
|
Jumlah
|
311
|
100
|
Sumber : Data
primer
Dari tabel di atas dari 311 Rumah terdapat 13 rumah
(4,18%) yang mempunyai peliharaan hewan ternak.
Tabel 3.28
Distirbusi Letak Kandang di Kelurahan Ponjalae RW 02 Kec. Wara Timur Kota Palopo
No
|
Letak kandang
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Dalam rumah
|
-
|
-
|
2
|
Luar rumah
|
13
|
100
|
|
Jumlah
|
13
|
100
|
Sumber : Data
primer
Dari tabel di atas, dari 13 Rumah yang memiliki peliharaan hewan ternak, ternyata Letak
kandangnya di Luar rumah (100%).
Tabel 3.29
Distirbusi Kondisi Kandang
di Kelurahan Ponjalae RW 02 Kec. Wara Timur Kota Palopo
No
|
Kondisi kandang
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Terawat
|
13
|
100
|
2
|
Tidak Terawat
|
-
|
-
|
|
Jumlah
|
13
|
100
|
Sumber : Data
primer
Dari tabel di atas, ternyata kondisi kandang terawat semua (100%).
3)
KONDISI
KESEHATAN UMUM
Tabel 3.30
Distribusi Sarana Kesehatan Terdekat di Kelurahan Ponjalae RW 02 Kec.
Wara Timur Kota Palopo
No
|
Sarana Kesehatan Terdekat
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Puskesmas
|
251
|
80,71
|
2
|
Praktek swata
|
20
|
6,43
|
3
|
Balai pengobatan
|
40
|
12,86
|
4
|
Lain-Lain
|
-
|
-
|
|
Jumlah
|
311
|
100
|
Sumber : Data
primer
Dari tabel di atas, sebagian besar penduduk di
kelurahan ponjalae RW 02 memilih sarana kesehatan terdekat yaitu Puskesmas
sebanyak 251 KK (80,71%).
Tabel 3.31
Distribusi Tempat Berobat Keluarga di Kelurahan
Ponjalae RW 02 Kec. Wara Timur Kota Palopo
No
|
Tempat berobat keluarga
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Puskesmas
|
244
|
78,46
|
2
|
Rumah Sakit
|
30
|
9,65
|
3
|
Dokter praktek swasta
|
11
|
3,54
|
4
|
Bidan/perawat
|
21
|
6,75
|
5
|
Balai
pengobatan/polik klinik
|
5
|
1,61
|
|
Jumlah
|
311
|
100
|
Sumber : Data primer
Berdasarkan data di atas, dari 311 KK terdapat 244 KK (78,46%) yang tempat berobatnya di Puskesmas dan paling
sedikit yang memilih tempat pengobatan di balai pengobatan/polik klinik.
Tabel 3.32
Distribus Kebiasaan Sebelum Berobat di Kelurahan Ponjalae RW 02 Kec.
Wara Timur Kota Palopo
No
|
Kebiasaan sebelum berobat
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Beli obat bebas
|
233
|
74,92
|
2
|
Jamu/Tradisional
|
7
|
2,25
|
3
|
Tidak ada
|
71
|
22,83
|
|
Jumlah
|
311
|
100
|
Sumber : Data primer
Berdasarkan data di atas, dari 311 KK terdapat 71 KK (22,83%) yang kebiasaan
sebelum berobat tidak melakukan apa-apa, dan terdapat 7 KK (2,25%) yang meminum
jamu/obat tradisional.
Tabel 3.33
Distribus Sumber Pendanaan Kesehatan di Kelurahan Ponjalae RW 02 Kec.
Wara Timur Kota Palopo
No
|
Pendanaan kesehatan
|
Jumlah
|
%
|
1
|
ASKES
|
62
|
19,94
|
2
|
ASKESKIN
|
178
|
57,23
|
3
|
JAMSOSTEK
|
36
|
11,58
|
4
|
UMUM
|
35
|
11,25
|
|
Jumlah
|
311
|
100
|
Sumber : Data primer
Berdasarkan data di atas, terdapat 178 KK (57,23%) yang menggunakan Pendanaan
ASKESKIN Untuk pendanaan berobat dan terdapat 35 KK (11,25%) yang berlaku umum
untuk berobat.
Tabel 3.34
Distribus Penyakit Yang Sering Diderita Keluarga 6 Bulan Terakhir di Kelurahan Ponjalae RW 02 Kec. Wara Timur Kota Palopo
No
|
Jenis penyakit
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Batuk pilek
|
373
|
93,02
|
2
|
Asma
|
6
|
1,50
|
3
|
TBC
|
1
|
0,25
|
4
|
Typoid
|
9
|
2,24
|
5
|
Hipertensi
|
8
|
2,00
|
6
|
Diare
|
-
|
-
|
7
|
DBD
|
4
|
1,00
|
8
|
Tidak ada
|
-
|
-
|
|
Jumlah
|
401
|
100
|
Sumber : Data primer
Berdasarkan data di atas, kebanyakan masyarakat menderita batuk pilik selama
6 bulan terakhir mencapai 373 Penderita (93,02%) dari 401 orang yang terkena
penyakit.
4)
IBU HAMIL DAN
MENYUSUI
Tabel 3.35
Distribusi Pasangan Usia Subur ( PUS ) di Kelurahan Ponjalae RW 02 Kec. Wara Timur Kota Palopo
No
|
PUS
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Ya
|
166
|
53,38
|
2
|
Tidak
|
145
|
46,62
|
|
Jumlah
|
311
|
100
|
Sumber : Data primer
Dari
tabel di atas, terdapat 166 Pasangan Usia Subur (53,38%) dari 311 KK di
Kelurahan Ponjalae RW 02.
Tabel 3.36
Distribusi Pasangan Usia Subur ( PUS ) Yang
Menjadi Aseptor KB di Kelurahan Ponjalae RW 02 Kec. Wara Timur Kota
Palopo
No
|
Akseptor KB
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Ya
|
94
|
56,63
|
2
|
Tidak
|
72
|
43,37
|
|
Jumlah
|
166
|
100
|
Sumber : Data primer
Dari
tabel di atas, sebanyak 94 Pasangan Usia Subur (56,63%) yang menjadi aseptor KB.
Tabel 3.37
Distribusi Jenis Aseptor KB di Kelurahan
Ponjalae RW 02 Kec. Wara Timur Kota Palopo
No
|
Jenis kontrasepsi
|
Jumlah
|
%
|
1
|
IUD
|
10
|
10,64
|
2
|
Pil
|
10
|
10,64
|
3
|
Suntik
|
68
|
72,34
|
4
|
Susuk
|
-
|
-
|
5
|
Tubektomi
|
-
|
-
|
6
|
Vasektomi
|
-
|
-
|
7
|
Kondom
|
6
|
6,38
|
|
Jumlah
|
94
|
100
|
Sumber :
Data primer
Dari tabel di atas, sebagian besar
(72,34%) PUS yang ada di Kelurahan Ponjalae RW 02 menggunakan
kontrasepsi Suntik.
Tabel 3.38
Distribusi Ibu Hamil di Kelurahan
Ponjalae RW 02 Kec. Wara Timur Kota Palopo
No
|
Ibu hamil
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Ada
|
13
|
7,83
|
2
|
Tidak
|
153
|
92,17
|
|
Jumlah
|
166
|
100
|
Sumber : Data primer
Dari
tabel di atas, terdapat 13 Ibu hamil (7,83%) dari 166 Pasangan Usia Subur.
Tabel 3.39
Distribusi Usia Kehamilan di Kelurahan
Ponjalae RW 02 Kec. Wara Timur Kota Palopo
No
|
Usia kehamilan
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Trimester I
|
-
|
-
|
2
|
Trimester II
|
6
|
46,15
|
3
|
Trimester III
|
7
|
53,85
|
|
Jumlah
|
13
|
100
|
Sumber : Data primer
Dari
tabel di atas, dari 13 Ibu hamil terdapat 6 Bumil (46,15%) yang usia
kehamilannya pada Trimister ke-II dan terdapat 7 Bumil (53,85%) yang Usia
Kehamilannya pada trimister ke-III.
Tabel 3.40
Distribusi Usia Ibu Hamil di Kelurahan
Ponjalae RW 02 Kec. Wara Timur Kota Palopo
No
|
Usia Bumil
|
Jumlah
|
%
|
1
|
< 20 tahun
|
1
|
7,69
|
2
|
20-35 Thn
|
12
|
92,31
|
3
|
Lebih dari 35 Thn
|
-
|
-
|
|
Jumlah
|
13
|
100
|
Sumber :
Data primer
Dari tabel diatas, hanya terdapat satu orang ibu
hamil dengan umur kurang dari 20 tahun
(7,69%).
Tabel 3.41
Distribusi Tempat Pemeriksaan Kehamilan di Kelurahan Ponjalae RW 02 Kec. Wara Timur Kota Palopo
No
|
Tempat periksa
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Puskesmas
|
6
|
46,15
|
2
|
Bidan
|
7
|
53,85
|
3
|
Dukun
|
-
|
-
|
|
Jumlah
|
13
|
100
|
Sumber :
Data primer
Dari tabel diatas, dari 13 Ibu Hamil
terdapat 6 orang (46,15%) yang memeriksakan kehamilannya di Puskesmas dan
Terdapat 7 orang (53,85%) yang memeriksakan kehamilannya di Bidan.
Tabel 3.42
Distribusi Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan di Kelurahan Ponjalae RW 02 Kec. Wara Timur Kota Palopo
No
|
Pemeriksaan
|
Frekuensi
|
%
|
1
|
2 Kali
|
3
|
23,08
|
2
|
4 Kali
|
10
|
76,92
|
3
|
Belum Pernah
|
-
|
-
|
|
Jumlah
|
13
|
100
|
Sumber :
Data primer
Dari tabel diatas, hanya terdapat satu orang ibu
hamil dengan umur 25 – 35 tahun.
Tabel 3.43
Distribusi Pemberian Imunisasi TT Pada Ibu Hamil di Kelurahan Ponjalae RW 02 Kec. Wara Timur Kota Palopo
No
|
Immunisasi TT
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Lengkap
|
12
|
92,31
|
2
|
Tidak lengkap
|
1
|
7,69
|
3
|
Belum Pernah
|
-
|
-
|
|
Jumlah
|
13
|
100
|
Sumber :
Data primer
Dari tabel di atas, ibu yang sedang
hamil telah mendapatkan imunisasi TT (92,31%) dan terdapat satu ibu hamil yang
belum lengkap imunisasi TT-nya (7,69%).
Tabel 3.44
Distribusi Ibu Menyusui di Kelurahan
Ponjalae RW 02 Kec. Wara Timur Kota Palopo
No
|
Jumlah Busui
|
Frekuensi
|
%
|
1
|
Ya
|
14
|
23,73
|
2
|
Tidak
|
45
|
76,27
|
|
Jumlah
|
59
|
100
|
Sumber :
Data primer
Dari tabel di atas, terdapat 14 ibu masih menyusui
anaknya (23,73%) dan terdapat 45 Ibu yang tidak lagi menyusui anaknya (76,27%).
5)
BALITA
Tabel 3.45
Distribusi Kebiasaan Ke
Posyandu di Kelurahan Ponjalae RW 02 Kec. Wara Timur Kota
Palopo
No
|
Balita
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Ya
|
124
|
95,38
|
2
|
Tidak
|
6
|
4,62
|
Jumlah
|
130
|
100
|
Sumber : Data primer
Dari tabel di atas, terdapat 124 balita (95,38%) yang kebiasaan ke posyandu dan terdapat 6
balita yang tidak ke posyandu (4,62%).
Tabel 3.46
Distribusi Imunisasi
Balita di Kelurahan Ponjalae RW 02 Kec. Wara Timur Kota
Palopo
No
|
Imunisasi
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Lengakap
|
102
|
78,46
|
2
|
Belum lengkap
|
28
|
21,54
|
3
|
Tidak Lengkap
|
-
|
-
|
|
Jumlah
|
130
|
100
|
Sumber :
Data primer
Dari tabel di atas, masih ada
bayi/balita yang belum lengkap imunisasinya
yaitu 28 balita (21,54%) dan yang lengkap imunisasinya 102 balita (78,46%). Hal
ini dapat memicu timbulnya penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi karena tidak mendapatkan imunisasi.
Tabel 3.47
Distribusi Kepemilikan KMS di Kelurahan Ponjalae RW 02 Kec.
Wara Timur Kota Palopo
No
|
KMS
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Ya
|
101
|
77,69
|
2
|
Tidak
|
29
|
22,31
|
|
Jumlah
|
130
|
100
|
Sumber : Data primer
Dari tabel di atas, terdapat
29 balita (22,31%) yang tidak memiliki KMS dari 130 balita yang ada.
Tabel 3.48
Distribusi Hasil Penimbangan Balita di Kelurahan Ponjalae RW 02 Kec.
Wara Timur Kota Palopo
No
|
Balita
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Hijau
|
87
|
66,92
|
2
|
Di atas hijau kuning
|
42
|
32,31
|
3
|
Dibawah titik-titik
|
-
|
-
|
4
|
Dibawah Merah
|
1
|
0,77
|
|
Jumlah
|
130
|
100
|
Sumber : Data primer
Dari tabel di atas, dari 130 balita yang ada terdapat 42 balita (32,31%) yang grafik KMS-nya di
atas garis hijau kuning dan terdapat 1 Balita (0,77%) yang di bawah garis merah.ini menunjukkan masih ada
balita menderita gizi buruk.
6) ANAK SEKOLAH DAN REMAJA
Tabel 3.49
Distribusi Usia di Kelurahan Ponjalae RW 02 Kec. Wara Timur Kota Palopo
No
|
Umur
|
Frekuensi
|
%
|
1
|
6-10 Tahun
|
116
|
28,71
|
2
|
11-15 Tahun
|
130
|
32,18
|
3
|
16-21 Tahun
|
158
|
39,11
|
|
Jumlah
|
404
|
100
|
Sumber : Data primer
Dari tabel di atas,dari 404 anak sekolah dan remaja terdapat 158 jiwa (39,11%) usia 16-21
tahun yang terbanyak dan terdapat 116 jiwa (28,71%) usia 6-10 tahun yang
terendah.
Tabel 3.50
Distribusi Kebisaan Anak di Kelurahan Ponjalae RW 02 Kec. Wara Timur Kota Palopo
No
|
Kebisaan
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Merokok
|
105
|
25,99
|
2
|
Alkohol
|
-
|
-
|
3
|
Narkoba
|
-
|
-
|
4
|
Lain-lain
|
299
|
74,01
|
|
Jumlah
|
404
|
100
|
Sumber : Data
primer
Dari tabel di atas, dari 404 jiwa anak sekolah dan remaja terdapat 105 jiwa (25,99%) yang kebiasaannya merokok.
7) LANSIA
Tabel 3.51
Distribusi Keluhan Lansia di Kelurahan
Ponjalae RW 02 Kec. Wara Timur Kota Palopo
No
|
Jumlah
Lansia
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Ya
|
51
|
42,15
|
2
|
Tidak
|
70
|
57,85
|
|
Jumlah
|
121
|
100
|
Sumber :
Data primer
Dari tabel di atas, dari 121 jiwa
Lansia terdapat 51 jiwa (42,15%) yang mempunyai keluhan penyakit.
Tabel 3.52
Distribusi Jenis Penyakit Yang di Derita Lansia di Kelurahan Ponjalae RW 02 Kec. Wara Timur Kota Palopo
No
|
Jenis
penyakit
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Asma
|
2
|
3,92
|
2
|
TBC
|
-
|
-
|
3
|
Hipertensi
|
8
|
15,69
|
4
|
DM
|
1
|
1,96
|
5
|
Rematik
|
8
|
15,69
|
6
|
Katarak
|
1
|
1,96
|
7
|
Lain-Lain
|
31
|
60,78
|
|
Jumlah
|
51
|
100
|
Sumber :
Data primer
Dari tabel di atas, dari 51 jumlah
keluhan pada lansia, terdapat 2 yang menderita ASMA (3,92%), 8 Hipertensi
(15,69%),1 DM (1,96%), 8 Rematik (15,69%) ,1 Katarak (1,96%), Dan 31 Yang
menderita penyakit Lain-lain (60,78%).
Tabel 3.53
Distribusi Penanganan Penyakit Lansia di Kelurahan Ponjalae RW 02 Kec. Wara
Timur Kota Palopo
No
|
Penanganan
penyakit
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Sarana kesehatan
|
46
|
90,20
|
2
|
Non kesehatan
|
2
|
3,92
|
3
|
Diobati sendiri
|
3
|
5,88
|
|
Jumlah
|
51
|
100
|
Sumber :
Data primer
Dari tabel di atas, dari 51 Lansia
Yang menderita penyakit terdapat 2 Lansia (3,92%) yang tidak memeriksakan
kesehatannya ketenaga kesehatan/non Kesehatan dan terdapat 3 lansia yang di
obati sendiri (5,88%).
Tabel 3.54
Distribusi Penggunaan Waktu Senggang di Kelurahan Ponjalae RW 02 Kec. Wara Timur Kota Palopo
No
|
Waktu
senggang
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Berkebun
|
6
|
4,96
|
2
|
Rekreasi
|
73
|
60,33
|
3
|
Senam
|
27
|
22,31
|
4
|
Lain-Lain
|
15
|
12,40
|
|
Jumlah
|
121
|
100
|
Sumber :
Data primer
Dari tabel di atas, sebagian besar lansia
menggunakan waktu senggangnya pergi rekreasi (60,33%).
Tabel 3.55
Analisa Data Hasil Pendataan di Kelurahan Ponjalae RW 02
Kec. Wara
Timur Kota Palopo
DATA
|
Masalah
Kesehatan
|
Diagnosa
Keperawatan Komunitas
|
1
|
2
|
3
|
Terdapat 28 rumah yang tidak ada fentilasi rumahnya dari 311 rumah.
Terdapat 87 rumah yang sistem
pencahayaannya remang-remang dan terdapat 7 rumah yang sistem pencahayaannya gelap dari 311 rumah.
Dari 1579 jiwa, Terdapat 4 jiwa yang menderita DBD dan 1 yang
menderita penyakit TBC dari 401 jiwa yang terkena penyakit di keluarga.
Dari 311 rumah terdapat 176 kondisi penampungan air yang terbuka.
Dari 311 Kepala keluarga terdapat 109 Kepala keluarga yang
membuang sampahnya di sungai dan yang membuang sampah sembarangan terdapat 31 Kepala keluarga.
Dari 311 Kepala Keluarga terdapat 165 Kepala keluarga yang
tidak ada tempat penampungan sampah sementara
Dari 311 Kepala Keluarga terdapat 146 yang kondisi TPSnya
terbuka.
Dari 311 kepala keluarga terdapat 25 yg kebiasaan BAB di
sungai dimana dan terdapat 11 Kepala keluarganya
BAB di sembarang tempa.
· Dari 311 kepala keluarga terdapat 25 yang jenis jamban
cemplung.
|
Lingkungan
masyarakat yang kurang sehat
|
Resiko terjadinya penyakit (Diare, ISPA, DBD, Flu Burung) di dusun Kokoa
di-akibatkan oleh lingkungan yang kurang bersih berhu-bungan dengan:
· Kurang pengetahuan mas-yarakat tentang
pentingnya kesehatan lingkungan
· Kurangnya kesadaran untuk hidup sehat
· Ketidakmampuan masya-rakat memodifikasi ling-kungan
|
1
|
2
|
3
|
· Terdapat 101 bayi/balita
memiliki KMS dan sebanyak 29 tidak memiliki KMS.
Dari jumlah balita 130 terdapat 28 balita yang belum lengkap imunisasinya
Dari jumlah ibu hamil 13 terdapat 1 ibu hamil yang tidak lengkap imunisasinya tetanus toksoit (TT).
.
|
Kurangnya pemahaman masyarakat tentang kesehatan bayi dan balita
|
Risiko terjadinya penyakit pada bayi atau
balita diakibat-kan oleh daya tahan tubuh yang kurang berhubungan dengan:
· Kurangnya
pengetahuan ibu atau keluarga tentang pentingnya imunisasi pada bayi atau
balita.
· Kurangnya
kesadaran mas-yarakat tentang pentingnya kesehatan pada ibu,bayi dan balita.
|
Dari jumlah penduduk 1579
jiwa terdapat 121 jiwa lansia
Penyakit yang di derita oleh kebanyakan lansia
yaitu hipertensi sebanyak 8 jiwa, reumatik 8, ASMA
sebanyak 2 jiwa dan penyakit
lain-lain sebanyak 31 jiwa.
|
Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap kesehatan lansia
|
Risiko terjadinya penyakit pada lansia diakibatkan oleh penurunan fungsi
fisiologi tubuh berhubungan dengan :
· Kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan lansia
· Kurangnya
kesadaran masyarakat tentang pemanfaatan sarana kesehatan untuk lansia
|
Setelah
teridentifikasi masalah keperawatan komunitas, selanjutnya dilakukan prioritas
masalah kesehatan berdasarkan data yang diperoleh dan dilakukan pembobotan
masalah kesehatan.Berdasarkan hal tersebut, diperoleh prioritas masalah sebagai
berikut :
1. Resiko terjadinya penyakit (Diare, ISPA,
DBD, Flu Burung) di dusun Taman Pandang diakibatkan oleh lingkungan yang kurang
bersih berhubungan dengan :
- Kurang pengetahuan masyarakat tentang pentingnya kesehatan lingkungan
- Kurangnya kesadaran untuk hidup sehat
- Ketidakmampuan masyarakat memodifikasi lingkungan
2.
Risiko terjadinya penyakit pada
bayi atau balita diakibatkan oleh daya tahan tubuh yang kurang berhubungan
dengan :
- Kurangnya pengetahuan ibu atau keluarga tentang pentingnya imunisasi pada bayi atau balita.
- Kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan pada ibu,bayi dan balita.
3. Resiko terjadinya penyakit pada lansia
diakibatkan oleh penurunan fungsi fisiologi tubuh berhubungan dengan:
- Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan lansia.
- Kurangnya kesadaran masyarakat tentang pemanfaatan sarana kesehatan untuk lansia.
Tabel 3.56
Prioritas Masalah Hasi
Analisa Data di Kelurahan Ponjalae RW 02
Kecamatan Wara Timur Kota Palopo
No.
|
Masalah Kesehatan
|
KRITERIA
|
Score
|
Urutan Prioritas
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
||||
1.
|
Kesehatan lingkungan
|
5
|
5
|
5
|
5
|
5
|
2
|
5
|
3
|
35
|
I
|
2.
|
Kesehatan bayi dan balita
|
5
|
4
|
3
|
4
|
5
|
4
|
5
|
4
|
34
|
II
|
3.
|
Kesehatan Lansia
|
5
|
3
|
3
|
5
|
4
|
4
|
5
|
4
|
33
|
III
|
- Kesesuaian dengan peran perawat kesehatan masyarakat
- Jumlah yang berisiko
- Tingkat keseriusan
- Kemungkinan untuk melakukan penyuluhan
- Minat masyarakat
- Kemungkinan untuk diatasi/diselesaikan
- Sesuai dengan program pemerintah
- Tersedianya sumber-sumber untuk menyelesaikan masalah
KETERANGAN:
POINT 1 : Sangat sesuai (5), sesuai (4), cukup sesuai
(3), kurang sesuai (2), sangat kurang sesuai (1).
POINT 2 : Sangat Banyak (5), Banyak (4), Cukup Banyak
(3), Sedikit (2), Sedikit Sekali (1).
POINT 3 : Sangat serius (5), serius (4), Cukup serius
(3), Kurang serius (2), Sangat Tidak serius (1).
POINT 4 : Sangat Memungkinkan (5), Memungkinkan (4),
Cukup Memungkinkan (3), Memungkinkan (2), Tidak Memungkinkan (1).
POINT 5 : Sangat Berminat (5), Berminat (4), Cukup
Berminat (3), Kurang Berminat (2), Tidak Berminat (1).
POINT 6 : Sangat Mudah (5), Mudah (4), Cukup Mudah (3),
Agak Sulit (2), Tidak Mudah (1).
POINT 7 : Sangat Sesuai (5), Sesuai (4), Cukup Sesuai
(3), Kurang Sesuai (2), Tidak Sesuai (1).
POINT 8 : Sangat
Tersedia (5), Tersedia (4), Cukup Tersedia (3), Kurang Tersedia (2), Tidak
Tersedia (1).
2. Perencanaan
Tabel
3.57
Rencana
Keperawatan Komunitas di Kelurahan
Ponjalae RW 02 Kecamatan Wara Timur Kota Palopo
MASALAH KESEHATAN
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
TUJUAN JANGKA PANJANG
|
TUJUAN JANGKA PENDEK
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
|
Lingkungan masyarakat yang tidak memenuhi syarat kesehatan
|
Resiko terjadinya penyakit (Diare, ISPA, DBD,
Flu Burung) di dusun Kokoa diakibat-kan oleh lingkungan yang tidak memenuhi
syarat kesehatan. berhubungan dengan
·
Kurang pengetahuan masyarakat
tentang pentingnya kesehatan lingkungan
·
Kurangnya kesadaran untuk
hidup sehat
·
Ketidakmampuan masyarakat memodifikasi lingkungan
|
Setelah dilakukan intervensi kepera-watan,
diharapkan masyarakat dusun Kokoa dapat terhindar dari penyakit (diare, ISPA,
DBD, Flu Burung) dan penyakit-penyakit tropis yang lain yang disebabkan oleh
lingkungan yang kurang sehat.
|
Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan dapat :
1.
Meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang lingkungan yang sehat
2.
Meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang lingkungan yang bersih dan sehat
3.
Meningkatkan peran serta
masyarakat melalui kader kesehatan
4.
Meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk menggunakan fasilitas kesehatan
5.
Meningkatkan motivasi
masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang sehat
|
1.
Berikan penyuluhan kesehatan
kepada masyarakat Kelurahan Ponjalae RT II tentang kesehatan diri,
keluarga, dan lingkungan secara perorangan pada keluarga binaan ataupun
secara kelompok.
2.
Lakukan Penyuluhan kesehatan tentang
PHBS di SD yaitu Cara mencuci tangan yang baik dan benar,dan membuang sampah
pada tempatnya.
3.
Lakukan penyuluhan kesehatan
tentang penyakit hipertensi dan Katarak.
4.
Lakukan kerja bakti massal
pada tingkat Kelurahan Ponjalae sekali
seminggu
5.
Pengadaan tempat pembuangan
sampah di RW II sejumlah 36 buah.
6.
Pembuatan batas-batas wilayah RW II dan RT 1-RT5
di Kelurahan Ponjalae.
7.
Pembuatan Toga (Tanaman Obat Herbal)
|
1.
Peningkatan pengetahuan
masyarakat tentangg kesehatan lingkungan akan mempengaruhi pola pikir yang
dapat merubah dalam pengambilan keputusan terhadap tindakan kesehatan.
2.
Peningkatan pengetahuan
tentang hidup bersih dan sehat di ajarkan sedini mungkin.
3.
Peningkatan pengetahuan tentang penyakit khususnya
Hipertensi dan katarak.
4.
Kebersihan lingkungan
merupakan bagian dari PHBS.
5.
Tersedianya tempat sampah
dapat mengurangi kebiasaan masyarakat membuang sampah di sembarang tempat.
6.
Batas-batas wilayah di peruntukkan untuk
mengetahui batas wilayah bagi RW dan RT setempat.
7.
Obat Herbal Dapat menyembuhkan penyakit tanpa
efek samping yang buruk bagi tubuh.
|
|
Kurangnya pemahaman
masyarakat tentang kesehatan bayi dan balita
|
Risiko terjadinya penyakit pada bayi atau balita
diakibatkan oleh daya tahan tubuh yang kurang berhubungan dengan :
·
Kurangnya pengetahuan ibu
atau keluarga tentang pentingnya imunisasi pada bayi atau balita.
·
Kurangnya kesadaran
masyarakat tentang pentingnya kesehatan pada ibu,bayi dan balita.
|
Setelah dilakukan intervensi keperawatan,
diharapkan bayi/balita dapat terhindar dari penyakit akibat kurangnya
pengetahuan dan kesadaran ibu atau keluarga tentang pentingnya imunisasi
|
Setelah dilakukan intervensi keperawatan,
diharapkan dapat:
1.
Meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang penyakit yang ditimbulkan karena tidak diimunisasi
2.
Meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang pentingnya imunisasi
3.
Meningkatkan pengetahuan
kader posyandu tentang imunisasi
4.
Meningkatkan pengetahuan kader posyandu
tentang gizi bayi dan balita.
|
1.
Penyuluhan kesehatan tentang penyakit
Hipertensi.
2.
Bantu kader kesehatan
melakukan kegiatan Posyandu dan imunisasi setiap tanggal 2 di
Posyandu Lumba-Lumba dan Tanggal 7 di posyandu Bandeng
setiap bulan sekali.
|
1.
Peningkatan pengetahuan
tentang penyakit Hipertensi khususnya
kesehatan ibu hamil, bayi, dan balita akan
meningkatkan kesadaran ibu terhadap kesehatan diri dan anaknya.
2.
Memberi dukungan pada kader
posyandu untuk meningkatkan pelayanan posyandu.
.
|
|
Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap
kesehatan lansia
|
Resiko terjadinya penyakit pada lansia
diakibatkan oleh penurunan fungsi fisiologi tubuh berhubungan dengan :
·
Kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan lansia
·
Kurangnya kesadaran
masyarakat tentang pemanfaatan sarana kesehatan untuk lansia
|
Setelah dilakukan intervensi keperawatan,
diharapkan lansia terhindar dari penyakit dan masalah lain akibat penurunan
fungsi tubuh
|
Setelah dilakukan intervensi keperawatan,
diharapkan dapat:
1. meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit-penyakit akibat
proses penuaan
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pemanfaatan fasilitas kesehatan
pada lansia
|
1.
Berikan penyuluhan tentang
penyakit Hipertensi dan Rematik
2.
Berikan penyuluhan tentang cara perawatan pada
lansia
|
1.
Banyaknya kejadian penyakit
akibat kurangnya pengetahuan ttg faktor risiko hipertensi dan
rematik.
2.
Kurangnya perawatan diri pada
lansia diakibatkan kurangnya pengetahuan lansia tentang personal higiene.
|
3. Tindakan keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan I :
Resiko terjadinya penyakit
(Diare, ISPA, DBD, Flu Burung) di Kelurahan
Ponjalae diakibatkan oleh
lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan berhubungan dengan :
§
Kurang pengetahuan masyarakat
tentang pentingnya kesling
§
Kurangnya kesadaran untuk hidup
sehat
§
Ketidakmampuan masyarakat
memodifikasi lingkungan
Implementasi :
1.
Pada tanggal
8 Maret s.d. 15 maret 2012 memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat Kelurahan Ponjalae tentang
kesehatan diri, keluarga, dan lingkungan secara perorangan pada keluarga binaan
ataupun secara kelompok.
2.
Pada tanggal
8 Maret 2012 melakukan penyuluhan kesehatan tentang PHBS di SD 63 Ponjalae yaitu Cara mencuci
tangan yang baik dan benar,dan membuang sampah pada tempatnya.
3.
Pada
tanggal 8 Maret 2012 melakukan penyuluhan kesehatan tentang penyakit hipertensi dan Katarak.
4.
Pada
tanggal 3 dan 10 Maret 2012 melakukan kerja bakti massal pada tingkat Kelurahan Ponjalae sekali seminggu.
5.
Pada tanggal
13 Maret 2012 Pengadaan tempat
pembuangan sampah di RW II sejumlah
36 buah.
6.
Pada tanggal
14 Maret 1012 membuat batas-batas
wilayah RW II dan RT 1 s.d. RT 5 di
Kelurahan Ponjalae.
7.
Pada tanggal
3 Maret 2012 : Pembuatan Toga (Tanaman Obat Herbal) di kelurahan ponjalae RT
04.
b. Diagnosa Keperawatan II :
Risiko terjadinya penyakit pada
bayi atau balita diakibatkan oleh daya tahan tubuh yang kurang berhubungan
dengan
·
Kurangnya pengetahuan ibu atau
keluarga tentang pentingnya imunisasi pada bayi atau balita.
·
Kurangnya kesadaran masyarakat
tentang pentingnya kesehatan pada ibu,bayi dan balita.
Implementasi :
1)
Pada tanggal
10 Maret 2012 : Penyuluhan kesehatan tentang penyakit Hipertensi di Posyandu
Bandeng.
2)
Pada tanggal
2 Maret dan 7 Mater 2012 : membantu kader kesehatan melakukan kegiatan
Posyandu dan imunisasi setiap tanggal 2 di Posyandu Lumba-Lumba dan Tanggal 7 di posyandu Bandeng setiap bulan sekali.
c. Diagnosa Keperawatan III :
Resiko terjadinya penyakit pada lansia diakibatkan oleh
penurunan fungsi fisiologi tubuh berhubungan dengan:
·
Kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan lansia.
·
Kurangnya
kesadaran masyarakat tentang pemanfaatan sarana kesehatan untuk lansia.
Implementasi :
1)
Pada tanggal
8 maret 2012 : memberikan
penyuluhan tentang penyakit Hipertensi dan Rematik.
2) Pada tanggal 8 Maret 2012 : memberikan penyuluhan tentang cara perawatan pada lansia.
4. Evaluasi
a.
Diagnosa Keperawatan I :
1)
Evaluasi Struktur
Dari
311 rumah di Kelurahan Ponjalae,
terdapat 28 Rumah (9,00%) yang tidak
ada fentilasi rumahnya. Hal ini tidak memenuhi syarat
kesehatan, terdapat 87 Rumah (27,97%)
yang pencahayaan rumahnya Remang-remang dan terdapat 7 Rumah (2,25%) yang
Pencahayaan Rumahnya Gelap, terdapat 170 Rumah
(54,66%) yang menggunakan bak dan terdapat 56 Rumah (18,01%) yang menggunakan
Ember, tedapat 176 rumah (56,59%) yang kondisi tempat penampungan Sementaranya
yang terbuka. Hal ini tidak sesuai dengan syarat kesehatan karena Tempat penampungan yang terbuka mengundang vector nyamuk untuk masuk dan bertelur di dalamnya, terdapat 109 Rumah (35%)
yang membuang sampahnya di sunagi dan terdapat 31 Rumah (10%) yang membuang sampahnya di sembarangan
tempat, terdapat 165 Rumah (53,01%) tidak ada Tempat penampungan sampahnya,
100% kondisi TPS kelurahan ponjalae RW
02 keadaan terbuka, terdapat 25 KK (8,04 %) yang
Kebisaan BABnya di sungai dan
terdapat 11 KK (3,54%) yang kebiasaan BABnya di sembarang tempat, jenis jamban yang dimiliki penduduk yang paling banyak yaitu Lasterin sebanyak
234 Ruamh (75,24%) dan jenis jamban yang paling sedikit yaitu Cemplung
sebanyak 25 rumah (8,04%), terdapat 98 KK
(31,51%) yang sisitem pembuangan air limbahnya yaitu resapan dan
terdapat 30 KK (9,65%) yang sistem
pembuangan air limbahnya itu sembarang tempat. Hal ini tidak memenuhi syarat kesehatan karena
tempat tersebut dapat dijadikan sebagai tempat bersarangnya nyamuk atau vektor
lain, terdapat 13 rumah (4,18%) yang mempunyai peliharaan hewan
ternak, dan kebanyakan masyarakat menderita batuk pilik selama 6 bulan terakhir
mencapai 373 Penderita (93,02%) dari 401 orang yang terkena penyakit.
Sebelum
mengadakan kegiatan baik penyuluhan, kerja bakti, dan pengadaan tempat sampah, dilakukan pendekatan kepada masyarakat melalui
mulut ke mulut. Rencana kegiatan juga disampaikan
kepada keluarga binaan masing-masing.
Rencana kegiatan kerja bakti
dilakukan di tingkat dusun yang ditetapkan sebelumnya melalui rapat antara
Mahasiswa dan Pengurus di kelurahan
ponjalae. Masyarakat Dusun Kokoa dipersiapkan mulai
dari pemberitahuan kepada masyarakat atau menyiapkan faktor teknis dan
nonteknis.
Waktu pelaksanaan kegiatan dilaksanakan sesuai
dengan waktu yang telah direncanakan dan dipersiapkan oleh mahasiswa yang telah
ditunjuk sebagai penanggung jawab. Sehari sebelum kegiatan, dilakukan persiapan
kegiatan dan menyiapkan pre planning kegiatan, bahan, dan media yang akan
digunakan.
2) Evaluasi Proses
Kegiatan
penyuluhan dilakukan dengan berorientasi pada keluarga dan masyarakat. Kegiatan
penyuluhan pada keluarga dilaksanakan di rumah keluarga binaan masing-masing
(Binaan, resume, dan lansia). Sedangkan kegiatan penyuluhan pada masyarakat
dilaksanakan di Posyandu Bandeng Pada
Tanggal 9 Maret 2012. Pada
saat penyuluhan, mahasiswa menggunakan media seperti leaflet dan flip-chart. Saat
penyuluhan berlangsung, masyarakat memperhatikan dengan baik dan tidak ada yang
meninggalkan ruangan kecuali ibu yang membawa anak kecilnya yang sempat keluar
untuk menenangkan anaknya. Demikian pula kegiatan yang lain seperti kerja bakti, pengadaan Tempat sampah dan kegiatan lainnya dapat terlaksana berkat kerja
sama kepala Kelurahan Ponjaae, tokoh masyarakat, kader pokjakes, dan
pihak-pihak terkait.
3)
Evaluasi Hasil
Kegiatan penyuluhan pada masyarakat
berlangsung dengan lancar, walaupun kegiatan tersebut banyak yang harus
dilewati. Penyuluhan tentang PHBS di
SD, Hipertensi, ISPA, dan TBC yang dilaksanakan di Posyandu Bandeng padsa tanggal 8 Maret 2012
dan harus dilaksanakan kembali di beberapa rumah keluarga binaan dikarenakan jumlah
penduduk yang ada di Kelurahan
Ponjaae RW 02 hanya sebagian kecil yang hadir dalam
pelakasanaan penyuluhan di Posyandu
di antaranya penyuluhan yangbdinlakukan yaitu Stroke,Hipertensi,Rematik,asam
urat,TBC,katarak,dan skabies. Setelah diberikan
penyuluhan, pengetahuan masyarakat bertambah tentang penyakit yamg diderita oleh keluarganya. Dari hasil penyuluhan kami masyarakat dapat
memahami tentang penyakit yang kami paparkan dan mengetahui pencegahannya.
Untuk kegiatan kerja bakti
dilaksanakan dengan baik sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Antusiasme
warga masih kurang untuk berpartisipasi. Sedangkan kegiatan psikomotorik
tentang kesehatan lingkungan ini, telah berhasil dibuat pengadaan tempat sampah percontohan.
Evaluasi afektif masyarakat kelurahan ponjalae tentang
PHBS merasa puas karena telah mendapat pelajaran yang berharga dan mendapat
perhatian yang lebih dari mahasiswa terutama pada kesehatan lingkungan.
b.
Diagnosa Perawatan 2 :
1)
Evaluasi Struktur
Dari hasil
pendataan, sebanyak 94 Pasangan Usia Subur (56,63%) yang menjadi aseptor KB, sebagian besar (72,34%) PUS
yang ada di Kelurahan Ponjalae RW 02 menggunakan kontrasepsi Suntik, terdapat 13 Ibu
hamil (7,83%) dari 166 Pasangan Usia Subur, dari 13 Ibu hamil terdapat 6 Bumil
(46,15%) yang usia kehamilannya pada Trimister ke-II dan terdapat 7 Bumil
(53,85%) yang Usia Kehamilannya pada trimister ke-III, dan terdapat satu orang ibu hamil dengan umur kurang dari 20 tahun (7,69%). ibu yang sedang
hamil telah mendapatkan imunisasi TT (92,31%) dan terdapat satu ibu hamil yang
belum lengkap imunisasi TT-nya (7,69%).
Terdapat 124
balita (95,38%) yang kebiasaan ke posyandu dan terdapat 6 balita yang tidak ke
posyandu (4,62%) dari 130 balita yang ada. masih ada bayi/balita yang belum lengkap imunisasinya yaitu 28 balita
(21,54%) dan yang lengkap imunisasinya 102 balita (78,46%). Hal ini dapat
memicu timbulnya penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi karena tidak mendapatkan imunisasi.
Terdapat 42 balita (32,31%) yang grafik KMS-nya di atas garis hijau kuning dan
terdapat 1 Balita (0,77%) yang di bawah garis merah.ini menunjukkan masih ada balita menderita gizi
buruk.
Kesehatan ibu dan anak (KIA)
merupakan salah satu masalah yang penting bagi kesehatan. Sebagian besar ibu
hamil dan anak-anak di Kelurahan Ponjalae RW 02 belum Lengkap imunisasinya. Rencananya kegiatan tentang kesehatan ibu dan anak melalui kegiatan penyuluhan
pentingnya imunisasi. Kesehatan ibu dan anak lebih banyak dilakukan melalui
kegiatan penyuluhan tentang dampak yang akan timbul apabila tidak di imunisasi
yang dilakukan pada keluarga binaan yang memiliki anak balita dan ibu hamil dan menyiapkan materi tantang
imunisasi..
2)
Evaluasi Proses
Saat
kegiatan posyandu Lumba-lumba
pada tanggal 2 Maret 2012 dan 7 Maret 2012 di Posyandu Bandeng, Mahasiswa memberikan
penyuluhan pada ibu hamil dan ibu yang mempunyai balita yang hadir pada saat
penyuluhan dirumah ketua RW 02
Kelurahan ponjalae
(memberikan penyuluhan tentang imunisasi). Sedangkan penyuluhan pada keluarga
binaan yang mempunyai anggota keluarga yang hamil dan keluarga mempunyai anak
balita dilaksanakan oleh penanggumg jawab dari mahasiswa.
3) Evaluasi Hasil
Kegiatan penyuluhan tentang kesehatan
ibu dan anak diikuti oleh sebagian besar ibu hamil dan ibu yang mempunyai
balita di Kelurahan Ponjalae RW 02. Setelah dilakukan penyuluhan sejumlah ibu hamil
dan ibu yang mempunyai balita telah mendapat tentang imunisasi
c.
Diagnosa Perawatan 3 :
1)
Evaluasi Struktur
Dari 121 jiwa
Lansia terdapat 51 jiwa (42,15%) yang mempunyai keluhan penyakit, terdapat 2
yang menderita ASMA (3,92%), 8 Hipertensi (15,69%),1 DM (1,96%), 8 Rematik
(15,69%) ,1 Katarak (1,96%), Dan 31 Yang menderita penyakit Lain-lain (60,78%),
sebagian besar lansia menggunakan waktu senggangnya pergi rekreasi (60,33%).
Kesehatan lansia merupakan salah satu masalah
yang penting. Sebagian besar lansia
Menderita penyakit lain-lain (gatal-gatal,sakit badan,dan Lain sebagainya) dan
ada juga menderita hipertensi
dan rematik. Kegiatan tentang kesehatan lansia dengan pelaksanaan kegiatan posyandu lansia yang tidak pernah dilaksanakan.
Kegiatan posyandu lansia dilaksanakan dengan membuat persuratan ke puskesmas
dan bekerja sama untuk pelaksanannya. Kegiatan penyuluhan tentang penyakit
hipertensi,TBC,dan rematik lebih banyak dilakukan pada
keluarga binaan yang memiliki lansia dengan menyiapkan leaflet dan flip-chart. Sebelum
kegiatan posyandu lansia. Selain itu, disampaikan juga secara langsung pada
saat kunjungan keluarga binaan.
2)
Evaluasi Proses
Posyandu Lansia
dilaksanakan pada tanggal 8
Maret 2012, Mahasiswa dan
kader bersama-sama memberikan pelayanan dan penyuluhan pada lansia yang hadir
pada saat itu (memberikan penyuluhan rematik,TBC dan hipertensi, dan mengukur tekanan darah). Sedangkan penyuluhan pada keluarga binaan yang
mempunyai anggota keluarga lansia dilaksanakan oleh masing-masing
penangungjawab dari mahasiswa.
3) Evaluasi Hasil
Posyandu dan
penyuluhan diikuti oleh sebagian besar lansia yang ada di Kelurahan Ponjalae.
Setelah dilakukannya posyandu dan penyuluhan, sejumlah lansia telah mendapat
pelayanan/pengobatan langsung serta pengetahuan mereka bertambah dalam hal
penyakit hipertensi,TBC dan rematik.
|
PEMBAHASAN
Konsep
keperawatan komunitas yang profesional mengacu pada ilmu dan kiat keperawatan
yang ditujukan pada masyarakat terutama kelompok risiko tinggi. Peran serta
aktif masyarakat sangat mempengaruhi proses penerapan asuhan keperawatan Komunitas
di masyarakat itu sendiri. Pengkajian yang dilakukan sangat tergantung pada
respon positif dari masyarakat terutama dalam memberikan informasi yang valid
dan akurat.
Melalui
pengkaderan dan penyuluhan di Kelurahan Ponjalae serta melibatkan pihak terkait baik pemerintah setempat, tokoh masyarakat,
tokoh agama dapat diperoleh data yang sangat mendukung proses pemberian asuhan
keperawatan langsung pada masyarakat.
Tahapan proses keperawatan komunitas pada dasarnya
sama dengan tahapan pada proses keperawatan di klinik keperawatan yang
meliputi: Pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi . Pembahasan inipun
mengacu pada analisis SWOT (Strength/kekuatan, Weakness/kelemahan,
Opportunity/kesempatan dan Threat/ancaman).
Pengkajian
Pada tahap pengkajian data yang perlu dikaji pada
kelompok atau komunitas menurut teori Anderson adalah data inti yang terdiri
atas data demografi: umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama,
nilai-nilai keyakinan serta riwayat timbulnya komunitas. Dan mengkaji subsistem
yang mempengaruhi komunitas seperti lingkungan fisik perumahan, pendidikan,
kesehatan, keamanan, keselamatan politik, dan kebijakan pemerintah tentang
kesehatan, sarana pelayanan kesehatan yang tersedia, sistem komunikasi dan
ekonomi.
Pengkajian dilaksanakan dengan menggunakan metode wawancara serta observasi
langsung berdasarkan format pengkajian .
Analisis SWOT :
1. Strength/kekuatan
a.
Adanya
dukungan positif dari masyarakat/keluarga yang diambil data keluarganya
(masyarakat cukup kooperatif ).
b.
Adanya kader
posyandu yang berperan aktif dalam pengumpulan data, terutama berperan dalam
pemahaman bahasa daerah.
c.
Dukungan dari
pemerintah setempat dan dari Puskesmas Pontap.
d.
Fasilitas
seperti masjid dapat digunakan sebagai sarana informasi untuk menyampaikan
kepada penduduk tentang dialakukannya pendataan.
2. Weakness / kelemahan
a.
Tingkat
pekerjaan penduduk yang rata-rata nelayan dan pedagang sehingga memunginkan
pada saat pendataan tidak berada di tempat.
b.
Adanya masyarakat
yang tidak mau di kunjungi rumahnya.
3. Opportunity / kesempatan
Kesempatan dari tahap pengkajian
adalah penerimaan yang baik dari masyarakat karena kegiatan berhubungan dengan
masalah kesehatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
4. Threat / ancaman
a.
Keakuratan
pengkajian dari pengumpul data secara mendalam.
b.
Jawaban hasil
pendataan yang memungkinkan, tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya
Perencanaan
Analisis SWOT :
Strength/kekuatan
Adanya dukungan dari pemerintah setempat dan petugas Pontap
Adanya kader/pokjakes yang dibentuk mahasiswa yang berperan aktif dalam perencanaan kegiatan.
Adanya dukungan dari sebagian masyarakat setempat yang mewujudkan apa yang telah direncanakan. Hal ini terbukti terbukti dari kemauan dari mereka untuk ikut serta menjadi penanggung jawab dalam keghitan yang direncanakan, bantuan tenaga dan tempat.
Weakness / kelemahan
Kurangnya sponsor dana yang dapat bertanggung jawab untuk beberapa kegiatan yang membutuhkan pembiayaan besar sehingga beberapa metode tepat guna disiapkan untuk mengahdapi kendala dana tersebut. Kurang disiplinya masyarakat mahasiswa dan pihak yang terkait sehingga waktu pelaksanaan kegiatan tidak pernah sesuai dengan jadwal yang disepakati.
Opportunity / kesempatan
Dalam perencanaan ini
adalah banyaknya waktu luang dari
masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan yang direncanakan sehingga mereka
menyempatkan diri sebagai penanggung jawab dalam beberapa kegiatan.
Bantuan dari puskesmas dan pihak terkaitpun didapatkan berupa kesediaan
kerjasama dalam beberapa kegiatan yang telah direncanakan.
Threat / ancaman
Pada perencanaaan ini adalah
kemungkinan peran serta aktif masyarakat dalam pelaksanaan nantinya akan
berkurang berhubungan dengan kesibukan dalam bidang ekonomi sebagai petani,
nelayan, dan lain-lain. Mungkin beberapa diantara mereka pergi ke sawah atau ke
laut. Bantuan dana dan fasilitas dari puskesmas belum dapat dipastikan dari
saat penyusunan perencanaan ini.
Implementasi
Dalam pembahasan ini akan
dijelaskan secara analisis SWOT berdasarkan pada jenis masalah keperawatan yang
ada.
Lingkungan masyarakat yang kurang sehat
Analisis SWOT :
Strength/kekuatan
Persiapan
yang matang sehingga semua kegiatan yang telah direncanakan dapat terlaksana
dengan baik. Adanya dukungan
masyarakat, kader kesehatan, pemerintah setempat dan tokoh masyarakat dalam
memotivasi masyarakat untuk berperan serta aktif dalam kegiatan yang
dilaksanakan serta bantuan pihak puskesmas.
Weakness / kelemahan
Kurangnya
kesadaran masyarakat untuk memeriksakan penyakit yang diderita ke pelayanan (puskesmas)
setempat. Terhambatnya beberapa kegiatan karena pendanaan yang kurang dan
keinginan partisipasi masyarakat dalam hal ini tidak ada dengan alasan ekonomi,
kurangnya masyarakat yang hadir dalam penyuluhan kesehatan lingkungan juga
menjadi hambatan.
Opportunity / kesempatan
Sejalan dengan program kegiatan
pemerintah dan puskesmas, misalnya mengadakan posyandu dan pelatihan kader
kesehatan.
Threat / ancaman
Tidak adanya tindak lanjut terutama dari
masyarakat karena beberapa perencanaan membutuhkan dana swadaya masyarakat dan
kerjasama dengan pemerintah setempat dan pihak puskesmas setempat.
Kurangnya pemahaman masyarakat
tentang kesehatan ibu dan anak.
Analisis SWOT
Strength/kekuatan
Adanya dukungan berupa kesediaan dari masyarakat
memberi izin dilakukannya pemeriksaan pada bayi/ balita dan penyuluhan kepada
masyarakat dan kesediaan mereka menyebarkan informasi tentang kesehatan.
Weakness / kelemahan
Kurangnya ibu atau masyarakat membawa anaknya ke posyandu
untuk dilakukan penimbangan. Tidak adanya kesempatan ibu dalam mengurus
anakanya disebabkan oleh adanya kesibukan ibu membantu suami di sawah.
Opportunity / kesempatan
Sejalan beberapa kegiatan program pemerintah dan
puskesmas, misalnya mengadakan posyandu
dan pelatihan kader kesehatan.
Threat / ancaman
Tidak berkelanjutannya kegiatan-kegiatan dalam
mengatasi masalah ini karena masyarakat memang sangat kurang apalagi kegiatan
membutuhkan swadaya masyarakat.
Kurangnya pemahaman masyarakat tentang kesehatan lanjut usia.
Analisis SWOT :
Strength/kekuatan
Adanya minat masyarakat yang cukup besar untuk
mengikuti penyuluhan dan posyandu kesehatan serta adanya dukungan dari pemerintah
setempat untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan masalah
ini.
Weakness / kelemahan
Masih kurangnya
sosialisasi tentang perawatan lansia dimasyarakat oleh pihak pemerintah dan
puskesmas dan belum tersedianya posyandu khusus lansia.
Opportunity / kesempatan
Beberapa kegiatan dengan program pemerintah dan
puskesmas, misalnya mengadakan posyandu khusus lansia dan pelatihan kader
kesehatan.
Threat / ancaman
Ancaman yang ada dalam
masalah ini adalah dibutuhkannya dukungan yang sangat besar dari aparat
pemerintah setempat dan petugas kesehatan dalam tinjaklanjut program serta dibutuhkannya
kesadaran yang tinggi dari masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas yang ada
serta program yang dibuat.
Evaluasi
Berdasarkan respon verbal dan non verbal menurut
teori Anderson dapat disimpulkan hasil evaluasi bahwa :
1. Evaluasi struktur
Dalam perencanaan kegiatan
telah diorganisir dengan baik mencakup
penunjukan penanggung jawab/kepanitiaan, job description, dengan harapan
kegiatan tersebut dalam berlangsung dengan baik.
2. Evaluasi proses
Pada pelaksanaan kegiatan
(implementasi) biasanya masyarakat kurang berespon berhubungan dengan kurangnya
kesadaran apalagi jika hal tersebut membutuhkan pengorbanan materi. Awalnya
masyarakat mengira bahwa mahasiswa datang praktek komunitas dengan membawa
sebauh dana.
3. Evaluasi hasil
Kegiatan yang berhasil dilaksanakan umumnya karena dukungan dari
kader/pokjakes setempat, tokoh masyarakat, puskesmas.dan swadana mahasiswa
sendiri. Partisipasi masyarakat umumnya masih kurang dengan berbagai alasan terutama masalah
finansial.
Dari 15 keluarga diantaranya keluarga binaan, resume dan gerontik berjanji
akan menggunakan fasilitas kesehatan sebagai sarana menjaga kesehatannya dan
kan merubah prilaku kearah prilaku sehat.
Hampir semua rencana kegiatan yang disusun dapat terlaksana, walaupun
seringkali waktu pelaksanaannya diundur diakibatkan oleh kesibukan masyarakat
yang sementara panen sawahnya.
Adapun kegiatan yang terlaksanan yaitu penyuluhan kesehatan, percontohan
pembuatan tempat penyaringan air bersih, tempat pembuangan sampah, SPAL yang
memenuhi syarat kesehatan, kerjabakti tingkat dusun, pelaksanaan posyandu,
pelatihan dan penyegaran kader.
Adapun rencana kegiatan yang belum terlaksana yaitu senam pada lansia
sekali seminggu.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan
keperawatan komunitas yang diberikan bertujuan untuk meningkatkan dan
memelihara kesehatan masyarakat yang bersifat komprehensif melalui kerjasama
lintas sector dan peran serta aktif masyarakat. Sasaran keperawatan komunitas
mencakup individu, keluarga, dan masyarakat yang menekankan pada upaya
pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan tidak mengabaikan aspek
kuratif dan rehabilitatif. Dari hasil asuhan keperawatan komunitas dapat
dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.
Masalah kesehatan dan
keperawatan yang ditemukan pada wilayah binaan adalah :
a.
Resiko terjadinya penyakit
(Diare, ISPA, DBD, Flu Burung) di Kelurahan
Ponjalae diakibatkan
oleh lingkungan yang kurang bersih berhubungan dengan :
§
Kurang pengetahuan masyarakat
tentang pentingnya kesehatan lingkungan
§
Kurangnya kesadaran untuk hidup
sehat
§
Ketidakmampuan masyarakat memodifikasi lingkungan
b.
Risiko terjadinya penyakit pada
bayi atau balita diakibatkan oleh daya tahan tubuh yang kurang berhubungan
dengan :
§
Kurangnya pengetahuan ibu atau
keluarga tentang pentingnya imunisasi pada bayi atau balita.
§
Kurangnya kesadaran masyarakat
tentang pentingnya kesehatan pada ibu,bayi dan balita.
c.
Resiko terjadinya penyakit pada
lansia diakibatkan oleh penurunan fungsi fisiologi tubuh berhubungan dengan:
§
Kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan lansia.
§ Kurangnya
kesadaran masyarakat tentang pemanfaatan sarana kesehatan untuk lansia.
2. Untuk menggerakkan partisipasi aktif
menuju kemandirian masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya
diperlukan pengorganisasian nmasyarakat dalam melaksanakan berbagai program
kesehatan.
3. Tindakan keperawatan untuk mengatasi
masalah kesehatan masyarakat wilayah binaan dilakukan serangkaian kegiatan
melalui penggalangan masyarakat, kerjasama lintas sektor dan program diataranya
adalah penyuluhan kesehatan, Pengadaan tempat sampah,
, kegiatan posyandu, gerakan hidup bersih melalui kerja bakti,pembuatan Toga (Tanaman Obat Herbal), dan perawatan rumah terintegrasi dengan
keluarga.
4. Hasil yang dicapai dalam setiap kegiatan
belum memenuhi secara optimal dikarenakan kesibukan masyarakat dalam mengatur
waktu setiap kali pelaksanaan kegiatan.
B.
Saran
Setelah seluruh kegiatan asuhahan
keperawatan komunitas telah dilaksanakan, maka dengan ini kami mengajukan
beberapa saran, sebagai berikut:
1. Kepada pihak puskesmas untuk lebih
proaktif dalam memberikan pelayanan di luar gedung sesuai dengan paradigma baru
orientasi pelayanan dari kuratif dan rehabilitatif ke promotif dan preventif
dalam upaya penggerakkan kesehatan berbasis masyarakat.
2. Kepada pemerintah daerah dan desa
diharapkan meningkatkan pelayanan dalam memfasilitasi masyarakat mengakses
pelayanan kesehatan, dan berbagai kegiatan pembangunan kesehatan desa dan
mempercepat ketersediaan sarana poskesdes.
3. Kepada kader kesehatan diharapkan dapat
menjadi promotor gerakan hidup bersih dan sehat, dan proaktif melakukan
berbagai kegiatan dalam rangka mewujudkan terciptanya desa sehat.
4. Kepada seluruh lapisan masyarakat untuk
kembali menggiatkan semangat gotong royong khususnya dalam perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS).
DAFTAR PUSTAKA
Anderson E.T.Mc Farton
.J.M. Community
as chem. Philadelphia: WB Saunders Company. 1986.
Bailon and Maglaya S.A.
Family Healt NursingThe Proces, Quenzon City:
SG Bailon Maglaya, Up Coolage Nursing. 1992.
Departemen Kesehatan RI. Pelaksanaan
Kegiatan Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta : Depkes RI. 1990.
Departemen Kesehatan RI. Direktorat Bina PSM. Pedoman Kader di Posyandu. KLB- Kesehatan. Jakarta : Depkes RI. 1987.
Departemen Kesehatan RI. Kesehatan
Lingkungan dalam Pencegahan dan Pemberatasan Penyakit Diare. Jakarta:
Depkes RI. 2001.
Departemen Kesehatan, Ditjen PPM dan PLP. Buku Pedoman Pelaksanan Progaram Pemberantasan
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Untuk Petugas
Kesehatan. Jakarta : Depkes RI. 1990.
Depertemen Kesehatan, Ditjen PPM dan PL. Buku
Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut ( ISPA ) Untuk Kader. Jakarta: Depkes
RI. 1990.
Freeman R. B. Henrich. Comminity Health Nursing Practice (2nd.
Ed ), Philadelphia
: WB Saunders Co. 1991.
Foster, Husberg & Anderson. Family Cantered Nursing Care
of
Education. Philadelphia:
WB. Saunders Co.1989.
Nasrul Effendy. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, ed.2 Jakarta : EGC. 1998.
Mubarak, Wahit Iqbal. Pengantar
Keperawatan Komunitas, ed. 1. Jakarta : Sagung Seto. 2005.