Kamis, 24 Mei 2012

ASKEP CAD ( CORONARY ARTERY DISEASE )

KONSEP MEDIK
A.   PENGERTIAN
Penyakit arteri koroner adalah penyempitan atau penyumbatan arteri koroner, arteri yang menyalurkan darah ke otot jantung. Bila aliran darah melambat, jantung tak mendapat cukup oksigen dan zat nutrisi. Hal ini biasanya mengakibatkan nyeri dada yang disebut angina. Bila satu atau lebih dari arteri koroner tersumbat sama sekali, akibatnya adalah serangan jantung (kerusakan pada otot jantung).
B.   ETIOLOGI
Penyakit arteri koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka kejadian paling tinggi ditemukan pada orang kulit putih. Tetapi ras sendiri tampaknya bukan merupakan bourgeois penting dalam gaya hidup seseorang. Secara spesifik, faktor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya penyakit arteri koroner adalah :
1.    Berusia lebih dari 45 tahun (bagi pria).
Sangat penting bagi kaum pria mengetahui usia rentan terkena penyakit jantung koroner. Pria berusia lebih dari 45 tahun lebih banyak menderita serangan jantung ketimbang pria yang berusia jauh di bawah 45 tahun.
2.    Berusia lebih dari 55 tahun atau mengalami menopause dini sebagai akibat operasi (bagi wanita).
Wanita yang telah berhenti mengalami menstruasi (menopause) secara fisiologis ataupun secara dini (pascaoperasi) lebih kerap terkena penyakit janting koroner apalagi ketika usia wanita itu telah menginjak usila (usia lanjut).
3.    Riwayat penyakit jantung dalam keluarga.
Riwayat penyakit jantung di dalam keluarga sering merupakan akibat dari profil kolesterol yang tidak normal, dalam artian terdapat kebiasaan yang "buruk" dalam segi diet keluarga.
4.    Diabetes.
Kebanyakan penderita diabetes meninggal bukanlah karena meningkatnya level gula darah, namun karena kondisi komplikasi ke jantung mereka.
5.   
1
Merokok.
Merokok telah disebut-sebut sebagai salah satu faktor risiko utama penyakit jantung koroner. Kandungan nikotin di dalam rokok dapat merusak dinding (endotel) pembuluh darah sehingga mendukung terbentuknya timbunan lemak yang akhirnya terjadi sumbatan pembuluh darah.

6.    Tekanan darah tinggi (hipertensi).
Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya arterosklerosis koroner (faktor koroner) yang merupakan penyebab penyakit arteri/jantung koroner.
7.    Kegemukan (obesitas).
Obesitas (kegemukan yang sangat) bisa merupakan manifestasi dari banyaknya lemak yang terkandung di dalam tubuh. Seseorang yang obesitas lebih menyimpan kecenderungan terbentuknya plak yang merupakan cikal bakal terjadinya penyakit jantung koroner.
8.    Gaya hidup buruk.
Gaya hidup yang buruk terutama dalam hal jarangnya olahraga ringan yang rutin serta pola makan yang tidak dijaga akan mempercepat seseorang terkena pneyakit jantung koroner.
9.    Stress.
Banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa bila menghadapi situasi yang tegang, dapat terjadi aritmia jantung yang membahayakan jiwa.
C.   ANATOMI FISIOLOGI
2
Endapan lemak (ateroma atau plak) terbentuk secara bertahap dan tersebar di percabangan besar dari kedua arteri koroner utama, yang mengelilingi jantung dan menyediakan darah bagi jantung. Proses pembentukan ateroma ini disebut aterosklerosis.

                    
      Ateroma bisa menonjol ke dalam arteri dan menyebabkan arteri menjadi sempit.
Jika ateroma terus membesar, bagian dari ateroma bisa pecah dan masuk ke dalam aliran darah atau bisa terbentuk bekuan darah di permukaan ateroma tersebut.
      Supaya bisa berkontraksi dan memompa secara normal, otot jantung (miokardium) memerlukan pasokan darah yang kaya akan oksigen dari arteri koroner.
Jika penyumbatan arteri koroner semakin memburuk, bisa terjadi iskemi (berkurangnya pasokan darah) pada otot jantung, menyebabkan kerusakan jantung.
      Penyebab utama dari iskemi miokardial adalah penyakit arteri koroner.
Komplikasi utama dari penyakit arteri koroner adalah angina dan serangan jantung (infark miokardial).

D.   PATOFISIOLOGI
Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri besar. Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak akan mengganggu absorbsi nutrient oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran darah karena timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah.
3
Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut, selanjutnya lumen menjadi semakin sempit dan aliran darah terhambat. Pada lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan cenderung terjadi pembentukan bekuan darah. Hal ini menjelaskan bagaimana terjadinya koagulasi intravaskuler, diikuti oleh penyakit tromboemboli, yang merupakan komplikasi tersering aterosklerosis.
Berbagai teori mengenai bagaimana lesi aterosklerosis terjadi telah diajukan,tetapi tidak satu pun yang terbukti secara meyakinkan. Mekanisme yang mungkin, adalah pembentukan thrombus pada permukaan plak dan penimbunan lipid terus menerus. Bila fibrosa pembungkus plak pecah, maka febris lipid akan terhanyut dalam aliran darah dan menyumbat arteri dan kapiler di sebelah distal plak yang pecah.
Struktur anatomi arteri koroner membuatnya rentan terhadap mekanisme aterosklerosis. Arteri tersebut terpilin dan berkelok-kelok saat memasuki jantung, menimbulkan kondisi yang rentan untuk terbentuknya ateroma.
E.    GAMBARAN KLINIS
Ada beberapa gejala yang lebih spesifik, antara lain:
  1. Nyeri. Jika otot tidak mendapatkan cukup darah (suatu keadaan yang disebut iskemi), maka oksigen yang tidak memadai dan hasil metabolisme yang berlebihan menyebabkan kram atau kejang. Angina merupakan perasaan sesak di dada atau perasaan dada diremas-remas, yang timbul jika otot jantung tidak mendapatkan darah yang cukup. Jenis dan beratnya nyeri atau ketidaknyamanan ini bervariasi pada setiap orang. Beberapa orang yang mengalami kekurangan aliran darah bisa tidak merasakan nyeri sama sekali (suatu keadaan yang disebut silent ischemia).
  2. Sesak napas merupakan gejala yang biasa ditemukan pada gagal jantung. Sesak merupakan akibat dari masuknya cairan ke dalam rongga udara di paru-paru (kongesti pulmoner atau edema pulmoner).
  3. Kelelahan atau kepenatan. Jika jantung tidak efektif memompa, maka aliran darah ke otot selama melakukan aktivitas akan berkurang, menyebabkan penderita merasa lemah dan lelah. Gejala ini seringkali bersifat ringan. Untuk mengatasinya, penderita biasanya mengurangi aktivitasnya secara bertahap atau mengira gejala ini sebagai bagian dari penuaan.
  4. Palpitasi (jantung berdebar-debar).
  5. Pusing & pingsan. Penurunan aliran darah karena denyut atau irama jantung yang abnormal atau karena kemampuan memompa yang buruk, bisa menyebabkan pusing dan pingsan.
F.   
4
PEMERIKSAAN DIGNOSTIK
1.    ECG menunjukan: adanya elevasi yang merupakan tanda dari iskemi, gelombang T inversi atau hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan gelombang Q yang mencerminkan adanya nekrosis.
2.    Enzym dan Isoenzym Pada Jantung: CPK-MB meningkat dalam 4-12 jam, dan mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan mencapai puncak pada 36 jam.
3.    Elektrolit: ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya penurunan konduksi jantung dan kontraktilitas jantung seperti hipo atau hiperkalemia.
4.    Whole Blood Cell: leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari setelah serangan.
5.    Analisa Gas Darah: Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses penyakit paru yang kronis atau akut.
6.    Kolesterol atau Trigliseid: mungkin mengalami peningkatan yang mengakibatkan terjadinya arteriosklerosis.
7.    Chest X-Ray: mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau aneurisma ventrikiler.
8.    Echocardiogram: Mungkin harus di lakukan guna menggambarkan fungsi atau kapasitas masing-masing ruang pada jantung.
9.    Exercise Stress Test: Menunjukan kemampuan jantung beradaptasi terhadap suatu stress/ aktivitas.
G.   PENGOBATAN
Pengobatan penyakit jantung koroner tergantung jangkauan penyakit dan gejala yang dialami pasien.
1.    Perubahan Gaya Hidup.
Pola makan sehat dan seimbang, dengan lebih banyak sayuran atau buah-buahan, penting untuk melindungi arteri jantung kita. Makanan yang kaya lemak, khususnya lemak jenuh, dapat mengakibatkan kadar kolesterol tinggi, yang merupakan komponen utama kumpulan yang berkontribusi terhadap penyempitan arteri jantung.
5
Olah raga teratur berperan penting untuk menjaga kesehatan jantung. Olah raga membantu kita untuk menjadi fit dan membangun system sirkulasi yang kuat. Ini juga membantu kita menurunkan berat badan. Obesitas biasanya tidak sehat, karena mengakibatkan insiden hipertensi, diabetes mellitus, dan tingkat lemak tinggi menjadi lebih tinggi, semua yang dapat merusak arteri jantung.
2.    Pengendalian Faktor Resiko Utama Penyakit Jantung Koroner.
Diabetes melitus, merokok, tingkat kolesterol tinggi, dan tekanan darah tinggi adalah empat faktor utama yang mengakibatkan resiko penyakit jantung koroner lebih tinggi. Pengendalian keempat faktor resiko utama ini dengan baik melalui perubahan gaya hidup dan/atau obat-obatan dapat membantu menstabilkan progresi atherosklerosis, dan menurunkan resiko komplikasi seperti serangan jantung.
3.    Terapi Medis.
Berbagai obat-obatan membantu pasien dengan penyakit arteri jantung. Yang paling umum diantaranya:
a.    Aspirin / Klopidogrel / Tiklopidin.
Obat-obatan ini mengencerkan darah dan mengurangi kemungkinan gumpalan darah terbentuk pada ujung arteri jantung menyempit, maka dari itu mengurangi resiko serangan jantung.
b.    Beta-bloker (e.g. Atenolol, Bisoprolol, Karvedilol).
Obatan-obatan ini membantu untuk mengurangi detak jantung dan tekanan darah, sehingga menurunkan gejala angina juga melindungi jantung.
c.    Nitrates (e.g. Isosorbide Dinitrate).
Obatan-obatan ini bekerja membuka arteri jantung, dan kemudian meningkatkan aliran darah ke otot jantung dan mengurangi gejala nyeri dada.
Bentuk nitrat bereaksi cepat, Gliseril Trinitrat, umumnya diberikan berupa tablet atau semprot di bawah lidah, biasa digunakan untuk penghilang nyeri dada secara cepat.
d.    Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (e.g. Enalapril, Perindopril) and Angiotensin Receptor Blockers (e.g. Losartan, Valsartan).
Obatan-obatan ini memungkinkan aliran darah ke jantung lebih mudah, dan juga membantu menurunkan tekanan darah.
e.    Obatan-obatan penurun lemak (seperti Fenofibrat, Simvastatin, Atorvastatin, Rosuvastatin).
6
Obatan-obatan ini menurunkan kadar kolesterol jahat (Lipoprotein Densitas-Rendah), yang merupakan salah satu penyebab umum untuk penyakit jantung koroner dini atau lanjut. Obat-obatan tersebut merupakan andalan terapi penyakit jantung koroner.
4.    Intervensi Jantung Perkutan.
Ini adalah metode invasif minimal untuk membuka arteri jantung yang menyempit. Melalui selubung plastik ditempatkan dalam arteri baik selangkang atau pergelangan, balon diantar ke segmen arteri jantung yang menyempit, dimana itu kemudian dikembangkan untuk membuka penyempitan.
Kemudian, tube jala kabel kecil (cincin) disebarkan untuk membantu menahan arteri terbuka. Cincin baik polos (logam sederhana) atau memiliki selubung obat (berlapis obat).
Metode ini seringkali menyelamatkan jiwa pasien dengan serangan jantung akut. Untuk penyakit jantung koroner stabil penyebab nyeri dada, ini dapat meringankan gejala angina dengan sangat efektif. Umumnya, pasien dengan penyakit pembuluh darah single atau double mendapat keuntungan dari metode ini. Dengan penyakit pembuluh darah triple, atau keadaan fungsi jantung buruk, prosedur bedah dikenal dengan Bedah Bypass Arteri Jantung sering merupakan alternatif yang baik atau pilihan pengobatan yang lebih baik.
5.    Operasi.
a.    Bedah Bypass Arteri Jantung (CABG).
CABG melibatkan penanaman arteri atau vena lain dari dinding dada, lengan, atau kaki untuk membangun rute baru untuk aliran darah langsung ke otot jantung. Ini menyerupai membangun jalan tol parallel ke jalan yang kecil dan sempit.
Ini adalah operasi yang aman, dengan rata-rata resiko kematian sekitar 2%. Pasien tanpa serangan jantung sebelumnya dan melakukan CABG sebagai prosedur elektif, resiko dapat serendah 1 persen.
Operasi biasanya dilakukan melalui sayatan di tengah dada, ahli bedah memilih untuk melakukan prosedur dengan jantung masih berdetk, menggunakan alat khusus yang dapat menstabilkan porsi jantung yang dijahit.
b.    Operasi Robotik.
7
Sebagai tambahan, NHCS juga mulai melakukan CABG melalui program operasi robotic. Penggunaan instrument ini sekarang membolehkan operasi untuk dilakukan menggunakan sayatan kecil keyhole di dinding dada.
Metode ini menghasilkan pemulihan lebih cepat, mengurangi nyeri, dan resiko infeksi luka lebih rendah. Namun, ini sesuai untuk bypass hanya satu atau dua pembuluh darah.
c.    Revaskularisasi Transmiokardia.
Untuk pasien dengan pembuluh darah yang terlalu kecil untuk melakukan CABG, prosedur disebut Revaskularisasi Transmiokardia juga tersedia di NHCS.
Pada prodesur ini, laser digunakan untuk membakar banyak lubang kecil pada otot jantung. Beberapa lubang ini berkembang ke pembuluh darah baru, dan ini membantu mengurangi angina.
 
TINJAUAN KASUS

A.    PENGKAJIAN

1.      Pengumpulan Data
a.       Identitas
1)      Identitas Klien
Nama                                       : Tn. M
Umur                                       : 50 Tahun
Jenis kelamin                           : Laki-laki
Agama                                     : Islam 
Pendidikan terakhir                 : SLTA
Pekerjaan                                 : Tidak bekerja
Suku / bangsa                          : Sunda / Indonesia
Status marital                          : Menikah
Tanggal masuk RS                  : 11 April 2005
Tanggal Pengkajian                 : 12 April 2005
No. Medrek                             : 05018869
Diagnosa medis                      : Coronary Artery Desease (CAD) Angina Pektoris Akut
Alamat                                    : Citepus II No. 24 Cicendo

2)      Identitas Penanggung Jawab
Nama                                       : Ny. A
Umur                                       : 45 Tahun
Jenis kelamin                           : Perempuan
Pekerjaan                                 : Perawat
Hubungan dengan klien          : Istri
Alamat                                    : Citepus II No. 24 Cicendo

b.      Riwayat Kesehatan
1)      Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri pinggang.

2)      Riwayat Kesehatan Sekarang
Lima bulan sebelum masuk rumah sakit, klien mengeluh nyeri pinggang yang terasa panas dan menyebar ke dada. Nyeri dirasakan bertambah apabila klien terlalu banyak aktivitas dan kurang minum, nyeri makin lama dirasakan semakin berat. Dan sehari sebelum masuk rumah sakit klien mengeluh nyeri pinggang yang terasa panas dan menyebar ke dada sehingga keluarga klien langsung membawa klien ke UGD RSHS dan dirawat di ruangan CICU.
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 12 April 2005, klien mengatakan nyeri pinggang yang terasa panas tetapi tidak menyebar ke dada. Nyeri dirasakan bertambah apabila klien terlalu banyak aktivitas dan kurang minum dan nyeri berkurang apabila klien istirahat. Nyeri pada pinggang terasa panas yang dirasakan semakin lama semakin berat, lamanya nyeri + 5 menit. Nyeri pinggang yang terasa panas tidak menyebar ke area dada. Skala nyeri 2 dari skala 0-5. Nyeri dirasakan apabila klien sedang stress, terlalu banyak aktivitas dan kurang minum. 
3)      Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien termasuk perokok berat. Klien merokok sejak SMP, sehari habis 2-3 bungkus, jenis rokok dji sam tsu. Dan sejak klien di diagnosa memiliki penyakit jantung klien berhenti merokok secara perlahan-lahan atas anjuran dokter. Klien mempunyai riwayat Hiperkolesterol, pada tahun 2000 klien di pasang balon dan pada tahun 2004 klien di operasi Coronary Artery Bypass Graft (CABG). 
4)      Riwayat kesehatan keluarga
Di keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit jantung namun ayak klien mempunyai riwayat penyakit hipertensi. Dalam keluarga klien tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit menular seperti TBC dan Hepatitis.






c.       Pola Aktivitas Sehari-Hari
No
Pola Aktivitas
Di Rumah
Di Rumah Sakit
1
Nutrisi
a.     Makan
·   Frekuensi
·   Jenis

·   Pantangan


·   Keluhan

b.    Minum
·   Frekuensi
·   Jenis
·   Keluhan


·     3 x/hari
·     Nasi, lauk pauk, sayuran
·     Makanan berlemak dan gorengan

·     Tidak ada keluhan


·     1500 - 2000 cc/hari
·     Air putih
·     Apabila kurang minum suka sakit pinggang



·    3 x/hari
·    Diet bubur/lunak

·    Makanan yang tinggi garam dan berlemak
·     Tidak ada keluhan


·    1000 - 2500 cc/hari
·    Air putih
·    Karena banyak minum klien jadi sering kencing
2
Eliminasi
a.     BAB
·   Frekuensi
·   Konsistensi

·   Keluhan 

b.    BAK
·   Frekuensi
·   Warna
·   Keluhan 


·     1-2 hari sekali
·     Lembek, warna kuning
·     Tidak ada masalah


·     5 – 6x/.hari
·     Kuning jernih
·     Tidak ada keluhan



·        1 x sehari
·        Lembek, warna kuning
·         Tidak ada masalah

·        10 – 12 x/hari
·        Kuning jernih  
·        Klien sering kencing pada malam hari.

3
Personal Hygiene
a.     Mandi
b.    Gosok gigi
c.     Keramas
d.    Ganti pakaian
e.     Gunting kuku
f.     Keluhan


·     2 x/hari
·     2 x/hari saat mandi
·     2 x seminggu
·     2 x/hari
·     1 x seminggu
·     Tidak ada masalah


·        1 x/hari, diseka
·        1 x/hari
·        Belum pernah
·        1 x/hari
·        Belum pernah
·        Tidak ada masalah

4
Intirahat Tidur
a.     Tidur siang
b.    Tidur malam
c.     Keluhan

·     Jarang
·     5 – 7 jam
·     Tidak ada keluhan


·        2 -  3 jam
·        5 – 6 jam
·        Klien sering terbangun tengah malam karena ingin kencing sehingga mengganggu waktu tidur.
5
Pola aktivitas


Klien  bekerja wiraswasta tapi sejak sering sakit klien hanya tinggal di rumah.
Karena klien sakit sehingga aktivitas klien menjadi terbatas, tetapi klien masih bisa memenuhi ADL nya dengan mandiri ataupun dibantu oleh keluarga.

d.      Pemeriksaan Fisik
a)      Sistem Pencernaan
Mukosa bibir kering, lesi (-), warna gigi kuning gading, ada caries, gigi berjumlah 32 tetapi terdapat gigi palsu 7 :     3 1 1 2    2 1 1 2
                                                                       2 2 1 2     2 1 1 1
warna lidah merah muda, tak ada lesi, mukosa mulut lembab. Bentuk abdomen datar, asites (-), tidak teraba pembesaran hepar dan lien. Bising usus 8 x/menit. Pada palpasi abdomen tidak teraba distensi.
b)      Sistem Pernafasan
Bentuk hidung simetris, septum nasi terletak ditengah, lesi (-), PCH (-), mukosa rongga hidung kering, tidak ada nyeri pada palpasi sinus. Bentuk leher simetris, bentuk thorak simetris, tidak ada retraksi otot interkostalis,  ekspansi kedua paru sama, bunyi paru resonan, frekuensi nafas cepat 20 x/menit, tidak ada clubing finger.
c)      Sistem Kardiovaskuler
Tidak ada oedema kelopak mata, tidak terdapat peningkatan JVP, bunyi jantung S1 dan S2 murni regular, terdengar agak melemah, apek kordis teraba di ICS ke 5 midklavikula kiri, CRT kembali  kurang dari 3 detik,
d)     Sistem Endokrin
Tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid dan getah bening, pertumbuhan badan sesuai dengan usia, tidak ada tremor pada anggota tubuh, tidak ada hiper atau hipopigmentasi pada area tubuh tertentu.
e)      Sistem Perkemihan
Tidak teraba pembengkakan pada ginjal kiri dan kanan, tidak  ada nyeri tekan pada kedua ginjal. Blas teraba penuh, tidak terpasang  kateter.
f)       Sistem Muskuloskeletal
Ekstremitas Atas :
Bentuk simetris, tidak terdapat oedema, tidak terdapat luka, tidak terpasang infus. Reflek bisep +/+, reflek tricep +/+, ROM (+), kekuatan otot 5/5.
Ekstremitas Bawah :
Bentuk simetris, tidak ada luka, tidak terdapat odema, refleks patella +/+, ROM (+), kekuatan otot 5/5.
g)      Sistem Integumen
Distribusi rambut merata, warna hitam, tidak rontok, kulit kepala bersih, kuku tangan dan kaki pendek dan cukup bersih, suhu tubuh 36,70 C.
h)      Sistem Persyarafan
(a)    Kesadaran
Kompos mentis dengan nilai GCS E4 M6 V5, orientasi terhadap tempat, orang dan waktu sangat baik.
(b)   Memori
Memori klien tidak terganggu, klien dapat mengingat tanggal, bulan dan tahun kelahirannya.
(c)    Tes Fungsi Kranial
v  N. Olfaktorius
Fungsi penciuman klien baik, klien dapat membedakan bau kayu putih dan bau alkohol dengan tepat.
v  N. Optikus
Klien dapat membaca papan nama mahasiswa dengan benar dari jarak kurang lebih 30 cm.
v  N. Okulomotoris, trochlearis dan abdusen
Klien dapat menggerakan bola matanya ke lateral, samping kiri kanan dan oblique, refleks pupil terhadap cahaya +/+, tidak ada strabismus.
v  N. Trigeminus
Klien dapat merasakan usapan kapas pada dahi, pipi dan mandibula sambil matanya ditutup. Teraba kontraksi otot masseter pada saat klien mengunyah.
v  N. Fasialis
Klien dapat mengangkat alis secara simetris, dapat tersenyum dengan bibir simetris. Klien dapat merasakan rasa manis, asin dan asam pada saat makan.
v  N. Akustikus
Klien dapat mendengarkan pertanyaan-pertanyaan dengan suara yang tidak terlalu keras dan dapat menjawabnya sesuai dengan apa yang ditanyakan.
v  N. Glosofaringeus dan Vagus
Uvula terletak ditengah, ovula bergetar saat klien mengatakan “ah…”, refleks menelan baik.
v  N. Assesorius
Klien dapat mengangkat kedua bahu secara simetris, dapat menoleh kearah kiri dengan melawan tahanan tangan perawat.
v  N. Hipoglosus
Klien dapat menjulurkan lidahnya secara simetris dan dapat menggerakannya ke atas dan ke bawah, samping kiri dan kanan secara simetris.

e.       Data Psikologis
1)      Status emosi
Saat dikaji emosi klien tampak stabil, ekspresi wajah klien sesuai dengan apa yang dibicarakannya. Klien mengatakan ingin cepat pulang, klien mengatakn tidak mau terlalu lama dirawat karena klien tidak mau menambah beban keluarganya.
2)      Konsep diri
a)      Gambaran diri
Klien menerima keadaan kondisi fisiknya sekarang, klien mengatakan tidak ada yang istimewa pada anggota tubuhnya dan klien menyenangi semua anggota tubuhnya.
b)      Harga diri
Klien mersa bangga pada istrinya walaupun istrinya sibuk bekerja sebagai perawat tetapi setiap hari setelah selesai bekerja selalu menemaninya.
c)      Ideal diri
Klien berharap cepat sembuh dan cepat pulang. Walaupun setelah pulang klien hanya diam di rumah karena klien tidak bekerja.

d)     Identitas diri
klien mengatakan sebagai kepala keluarga bagi anggota keluarganya, ia tetap dianggap ayah sekaligus suami oleh anak dan istrinya.
e)      Peran diri
Semenjak klien sering sakit klien tidak bekerja lagi karena kondisi klien tidak memungkinkan, tetapi anggota keluarganya sudah menerima keadaan dirinya tetapi klien merasa tidak dapat berperan seutuhnya sebagai kepala keluarga yang seharusnya memberikan nafkah pada keluarganya.
3)      Gaya komunikasi
Klien berbicara jelas dan santai, klien mengurangi banyak bicara agar tidak terlalu capek.
4)      Pola koping
Bila ada masalah dalam keluarga, klien suka membicarakannya dengan istrinya dengan harapan dapat terpecahkan masalahnya.

f.       Data Sosial
1)      Hubungan Sosial
Klien tinggal dalam satu kamar bersama dengan 5 klien lainnya, hubungan klien dengan anggota keluarga sangat baik. Klien cukup kooperatif terhadap perawat, mahasiswa dan dokter. Klien tidak menarik diri dari lingkungan. Klien tidak mengikuti organisasi masyarakat di tempat tinggalnya.
2)      Gaya hidup
Setiap harinya klien hanya tinggal di rumah karena klien tidak bekerja. Semenjak mempunyai penyakit jantung klien mempunyai pantangan minum kopi dan juice alpukat serta pantangan makan gorengan dan makanan berlemak karena klien tidak mau memperberat penyakitnya.

g.      Data Spiritual
1)      Falsafah Hidup
Klien seorang muslim, menyadari bahwa setiap orang  ada saatnya sakit dan saatnya sehat, sakit yang dialaminya sekarang merupakan ujian dari Allah.
2)      Konsep ketuhanan
Klien selalu berdoa dan berharap kepada Allah SWT agar diberikan kesembuhan, ia pasrah dengan keadaannya sekarang

h.      Data Penunjang
1)      Laboratorium
Tanggal 8 April 2005
Jenis pemeriksaan
Hasil
Nilai rujuk
Haematologi

Hb
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
APTT

13,1
6100
40
201.000
37,1
13 – 18 gr/dl
3,8 – 10.6 ribu
40 – 42
 150 – 440 ribu
22,4 – 42,4 detik
Kimia darah

Ureum
Kreatinin
Glukosa puasa

29
10
75

15 – 50 mg/dl
0,6 – 1,1 mg/dl
70 – 110 mg/dl



Tanggal 11 April 2005

 APTT
 23 (CN, 26,8)
  

 CN +/-10 detik




2)      Terapi
ü  Plavix 1 x 1 tablet
ü  Tromboaspilet 2 x 1 tablet
ü  Cedocard 5
ü  ISDN 3 x 10






2.      Analisa Data
No
Data
Kemungkinan Penyebab Dan Dampak
Masalah

1

DS :
        Klien mengatakan nyeri pada pinggang tersa panas dan dirasakan semakin berat
        Klien mengatakan nyeri dirasakan ber (+) jika klien terlalu banyak aktivitas dan kurang minum dan ber (-) jika klien istirahat
DO :
        Klien dengan CAD Angina Pektoris Akut
        Nyeri tidak menyebar ke area dada
        Lamanya nyeri + 5 mnt
        Skala nyeri 2 dari skala 0-5
        TD : 120 / 80 mmhg
N   : 73 x / menit
R   : 20 x / menit
      S    : 36,7 0C

Atherosclerosis




Supply O2 ke koroner menurun




Metabolisme anaerob
 


Merangsang pelepasan substansi P, bradikinin, histamin, serotonin dan prostaglandin




Merangsang nosi reseptor




Dihantarkan oleh serabut syaraf delta A dan C




Dialirkan dalam bentuk elektrokimia impuls ganglion radiks menuju dorsal horn di medulaspinalis


Dihantarkan ke traktus spinothalamikus
 


Thalamus
 


Cortex cerebri
 


Nyeri dipersepsikan


 Gangguan rasa nyaman : nyeri

2

DS :
-          Klien mengatakan pada malam hari sering banyak minum
-          Klien mengatakan ketika tidur sering terbangun karena ingin kencing
DO :
-          Klien minum 1000-2500 cc/hari
-          Klien BAK 10-12 x/hari
-          Tidur klien pada malam hari 5 – 6 jam
-          Klien sering terbangun tengah malam karena ingin kencing


Intake cairan pada malam hari berlebih




Peningkatan isi kandung kemih
 

Merangsang kandung kemih

Poliuria
 

Merangsang syaraf otonom
 

Aktivasi nor epineprin

Simpatis terangsang

RAS teraktivasi

Mengaktifkan kerja organ

REM menurun

Klien sering terjaga


Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat : tidur

3

DS :
-          Klien mengatakan ingin cepat pulang karena tidak mau membebani keluarganya
-          Klien mengatakan selama klien sakit klien tidak bekerja lagi
-          Klien mengatakan tidak dapat menjalankan seutuhnya peran sebagai kepala keluarga
DO :
-          Klien menderita CAD + sudah 5 tahun
-          Klien sejak sakit tidak bekerja lagi
-          Istrinya bekerja sebagai perawat
 

Klien menderita CAD + 5 tahun

Klien sejak sakit tidak bekerja

Klien tidak dapat memenuhi kewajibannya memberikan nafkah untuk keluarganya

Klien tidak dapat berperan seutuhnya sebagai kepala keluarga


Gangguan konsep diri : peran

3. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas Masalah
  1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan penurunan supply O2 ke koroner
  2. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat : tidur berhubungan poliuria pada malam hari
  3.  Gangguan konsep diri : peran  berhubungan dengan tidak dapat berperan seutuhnya sebagai kepala keluarga

B.  DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI

No
Diagnosa Keperawatan
Intervensi
Tujuan
Rencana
Rasional

1.











Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d penurunan supply O2 ke koroner ditandai dengan :
DS :
        Klien mengatakan nyeri pada pinggang tersa panas dan dirasakan semakin berat
        Klien mengatakan nyeri dirasakan ber (+) jika klien terlalu banyak aktivitas dan kurang minum dan ber (-) jika klien istirahat
DO :
        Klien dengan CAD Angina Pektoris Akut
        Nyeri tidak menyebar ke area dada
        Lamanya nyeri + 5 mnt
        Skala nyeri 2 dari skala 0-5
        TD : 120 / 80 mmhg
N   : 73 x / menit
R   : 20 x / menit
      S    : 36,7 0C

Tupan :
Rasa nyaman klien terpenuhi

Tupen :
Setelah dilakukan perawatan selama 2 hari, nyeri berkurang dengan kriteria evaluasi:
-    Klien mengatakan nyeri berkurang
-    Klien mampu melakukan teknik distraksi dan relaksasi
-    Klien tampak tenang
-    Skala nyeri berkurang menjadi 1
-    Tanda-tanda vital dalam batas normal :
s  TD : 120/ 90 mmhg
s  N : 60 – 100 x / menit
s  RR : 12 – 20 x / menit
s  S : 36,5 – 37,5 0C

1.      Kaji tanda-tanda vital
2.      Atur posisi klien senyaman mungkin

3.      Tenangkan klien bahwa perawat mengetahui nyeri yang dirasakan klien adalah nyata dan perawat akan membantu klien mengurangi nyeri tersebut
4.      Kaji respon perilaku klien terhadap nyeri dan pengalaman nyeri

5.      Berikan dorongan penggunaan strategi pereda nyeri yang telah klien terapkan dengan berhasil pada pengalaman nyeri sebelumnya
6.      Lakukan setiap tindakan secara perlahan
7.      Berikan tindakan kenyamanan, contoh : pijatan pinggang, nafas dalam, latihan relaksasi, ajak klien ngobrol
8.      Kaji respon nyeri, catat lokasi, lama, intensitas (0-5) dan karakteristiknya (dangkal, tajam, konstan)
9.      Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : analgetik, narkotik

1.      Mengetahui keadaan umum klien
2.      Posisi yang nyaman dapat menurunkan ketegangan otot dan meningkatkan kenyamanan
3.      Rasa takut bahwa nyerinya tidak dianggap nyata dapat meningkatkan ansietas dan mengurangi toleransi nyeri

4.      Memberikan informasi tambahan tentang nyeri klien

5.      Memberikan dorongan strategi peredaan nyeri yang dapat diterima klien dan keluarga

6.      Gerakan perlahan dapat menurunkan spasme otot
7.      Membantu menurunkan rasa nyeri



8.      Membantu menentukan pilihan keefektifan intervensi. Tingkat ansietas dapat mempengaruhi persepsi/ reaksi terhadap nyeri
9.      Dapat memblokir penghantaran rangsang nyeri

2

Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat : tidur b.d poliuria pada malam hari ditandai dengan :
DS :
-          Klien mengatakan pada malam hari sering banyak minum
-          Klien mengatakan ketika tidur sering terbangun karena ingin kencing
DO :
-          Klien minum 1000-2500 cc/hari
-          Klien BAK 10-12 x/hari
-          Tidur klien pada malam hari 5 – 6 jam
-          Klien sering terbangun tengah malam karena ingin kencing


Tupan:
Kebutuhan istirahat tidur terpenuhi

Tupen :
Setelah diberikan penjelasan selama 2  hari, poliuria klien berkurang dengan kriteria evaluasi :
-          Klien dapat membatasi minum pada malam hari
-          Klien mengatakan tidak kencing terus pada malam hari
-          Klien mengatakan tidurnya nyenyak



1.      Anjurkan klien utnuk mengurangi minum pada malam hari

2.      Anjurkan klien untuk menyimpan pispot dekat tempat tidur



3.      Berikan lingkungan yang tenang bagi klien dengan mengurangi jumlah pengunjung, ruangan yang tidak terlalu terang dan ruangan yang sepi
4.      Lakukan hal-hal yang menjadi kebiasaan klien sebelum tidur

5.      Ciptakan lingkungan yang tenang menjelang tidur malam


1.      Mengurangi intake cairan pada malam hari sehingga kandung kemih tidak terlalu penuh
2.      Memudahkan klien dan mengurangi klien untuk terus terjaga karena harus bolak balik ke kamar mandiklien agar lebih mudah untuk tidur
3.      Memberikan rasa aman dan nyaman bagi klien serta meningkatkan relaksasi dan kesiapan untuk tidur

4.      Menurunkan stimulus sensori dari lingkungan sekitar yang akan menghambat tidur nyenyak
5.      Mengurangi mual dan muntah

3

Gangguan konsep diri : peran  b.d tidak dapat berperan seutuhnya sebagai kepala keluarga, ditandai dengan :
DS :
-          Klien mengatakan ingin cepat pulang karena tidak mamu membebani kelluarganya
-          Klien mengatakan selama klien sakit klien tidak bekerja lagi
-          Klien mengatakan tidak dapat menjalankan seutuhnya peran sebagai kepala keluarga
DO :
-          Klien menderita CAD + sudah 5 tahun
-          Klien sejak sakit tidak bekerja lagi
-          Istrinya bekerja sebagai perawat
 

Tupan :
Kebutuhan peran klien terpenuhi
Tupan
Setelah penjelasan selama 2 hari klien dapat mengerti akan perubahan peran akibat penyakit yang dideritanay, dengan kriteria :
-          Klien tampk lebih tenang
-          Klien mengerti akan perubahan peran yang dialami selama klien sakit


1.      Bantu klien untuk memperluas kesadaran dirinya

2.      Bri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya

3.      Berikan kesempatan kepada keluarga untuk mengekspresikan perhatiannya dan diskusikan cara mereka dapat membentu klien

4.      Identifikasi sistem pendukung untuk gantikan peran selama klien sakit

5.      Anjurkan klien untuk bekerja dibidang yang tidak terlalu banyak menguras tenaganya


1.      Dengan memperluas kesadaran diri klien, diharapkan klien dapat menerima keadaan dirinya
2.      Dengan menyatakan perasaannya dapat mengurangi cemas pada klien
3.      Dengan adanya perhatian dari keluarga menambah motivasi klien dan deegan diskusi menambah pengetahuan keluarga

4.      Meningkatkan ketenangan serta menurunkan stress selama peran tergantiakn
5.      Bekerja di bidang yang tidak terlalu menguras tenaga dapat mengurangi beban kerja jantung, sehingga klien tidak cepat capek



B.  IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Tanggal
DP
Waktu
Tindakan Keperawatan dan Evaluasi
Paraf
1
2
3
4
5





12 - 4 - 05

1






2









3





1



1



2





2





21.00






21.10









21.15





21.20



21.25



21.30





21.30



Ø  Mengkaji tanda-tanda vital
Hasil :
     TD : 120 / 80 mmhg
     N   : 73 x / menit
     R   : 20 x / menit
      S    : 36,7 0C

Ø  Menciptakan lingkungan yang tenang menjelang tidur malam dan memberikan lingkungan yang tenang bagi klien dengan mengurangi jumlah pengunjung, ruangan yang tidak terlalu terang dan ruangan yang sepi
Hasil :
      Pengunjung dibatasi dan lingkungan sekitar tenang

Ø  Memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya
Hasil :
       Klien mampu mengungkapkan perasaannya

Ø  Mengkaji skala nyeri
Hasil :
      Skala nyeri 2 dari skala 0-5

Ø  Mengatur posisi klien senyaman mungkin
Hasil :
       Posisi klien dengan head up 30 o

Ø  Menganjurkan klien untuk mengurangi minum pada malam hari
Hasil :
      Klien mengurangi minum pada malam hari

Ø  Menganjurkan klien untuk menyimpan pispot dekat tempat tidur
Hasil :
      Pispot disimpan dibawah tempat tidur



Marni






Marni









Marni





Marni



Marni



Marni





Marni





14 - 4 - 05

1





1






1



1






1






1







1






1








3







3





3





3





07.15





08.00






08.15



08.25






08.30






08.40







09.00






10.00








10.30







11.00





11.15





1145








Ø  Mengatur posisi klien dan merapihkan tempat tidur klien senyaman mungkin
Hasil :
       Posisi klien dengan head up 30 o  dan tempat tidur klien rapih

Ø  Mengkaji tanda-tanda vital
Hasil :
     TD : 130 / 80 mmhg
     N   : 80 x / menit
     R   : 18 x / menit
      S    : 37 0C

Ø  Mengkaji skala nyeri
Hasil :
      Skala nyeri 2 dari skala 0-5

Ø  Menenangkan klien bahwa perawat mengetahui nyeri yang dirasakan klien adalah nyata dan perawat akan membantu klien mengurangi nyeri tersebut
Hasil :
      Klien terlihat lebih tenang

Ø  Memberikan tindakan kenyamanan, contoh : pijatan pinggang, nafas dalam, latihan relaksasi, ajak klien ngobrol
Hasil :
      Klien mau diajak ngobrol dan menarik napas dalam

Ø  Memberikan dorongan penggunaan strategi pereda nyeri yang telah klien terapkan dengan berhasil pada pengalaman nyeri sebelumnya
Hasil :
      Bila nyeri klien suka memijat pinggangnya dan banyak minum

Ø  Mengkaji respon perilaku klien terhadap nyeri dan pengalaman nyeri
Hasil :
      Ketika nyeri klien mengusap-usap pinggangnya dan merubah posisi tidur senyaman mungkin

Ø  Memberikan terapi obat per oral sesuai jadwal


Hasil :
-          Plavix 1 tablet / oral
-          Tromboaspilet 1 tablet / oral
-          Cedocard / oral
-          ISDN / oral

Ø  Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk mengekspresikan perhatiannya dan diskusikan cara mereka dapat membentu klien
Hasil :
      Keluarga mengunjungi klien dan menemani klien

Ø  Memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya
Hasil :
       Klien mampu mengungkapkan perasaannya

Ø  Mengidentifikasi sistem pendukung untuk gantikan peran selama klien sakit
Hasil :
      Orang yang menggantikan perannya selama klien sakit adalah istrinya

Ø  Menganjurkan klien untuk bekerja dibidang yang tidak terlalu banyak menguras tenaganya
Hasil :
      Klien mengatakan setelah sembuh klien akan berusaha mencari kerja yang sesuai dengan kemampuannya

Marni





Marni






Marni



Marni






Marni






Marni







Marni






Marni








Marni







Marni





Marni





Marni