KONSEP MEDIK
A. PENGERTIAN
Penyakit arteri koroner adalah
penyempitan atau penyumbatan arteri koroner, arteri yang menyalurkan darah ke
otot jantung. Bila aliran darah melambat, jantung tak mendapat cukup oksigen
dan zat nutrisi. Hal ini biasanya mengakibatkan nyeri dada yang disebut angina.
Bila satu atau lebih dari arteri koroner tersumbat sama sekali, akibatnya
adalah serangan jantung (kerusakan pada otot jantung).
B. ETIOLOGI
Penyakit arteri koroner bisa menyerang
semua ras, tetapi angka kejadian paling tinggi ditemukan pada orang kulit
putih. Tetapi ras sendiri tampaknya bukan merupakan bourgeois penting dalam
gaya hidup seseorang. Secara spesifik, faktor-faktor yang meningkatkan resiko
terjadinya penyakit arteri koroner adalah :
1.
Berusia lebih dari 45 tahun (bagi
pria).
Sangat
penting bagi kaum pria mengetahui usia rentan terkena penyakit jantung koroner.
Pria berusia lebih dari 45 tahun lebih banyak menderita serangan jantung ketimbang
pria yang berusia jauh di bawah 45 tahun.
2.
Berusia lebih dari 55 tahun atau
mengalami menopause dini sebagai akibat operasi (bagi wanita).
Wanita
yang telah berhenti mengalami menstruasi (menopause) secara fisiologis ataupun
secara dini (pascaoperasi) lebih kerap terkena penyakit janting koroner apalagi
ketika usia wanita itu telah menginjak usila (usia lanjut).
3.
Riwayat penyakit jantung dalam
keluarga.
Riwayat
penyakit jantung di dalam keluarga sering merupakan akibat dari profil
kolesterol yang tidak normal, dalam artian terdapat kebiasaan yang
"buruk" dalam segi diet keluarga.
4.
Diabetes.
Kebanyakan penderita diabetes meninggal bukanlah karena meningkatnya level gula darah, namun karena kondisi komplikasi ke jantung mereka.
Kebanyakan penderita diabetes meninggal bukanlah karena meningkatnya level gula darah, namun karena kondisi komplikasi ke jantung mereka.
5.
1
|
Merokok telah disebut-sebut sebagai salah satu faktor risiko utama penyakit jantung koroner. Kandungan nikotin di dalam rokok dapat merusak dinding (endotel) pembuluh darah sehingga mendukung terbentuknya timbunan lemak yang akhirnya terjadi sumbatan pembuluh darah.
6.
Tekanan darah tinggi (hipertensi).
Tekanan
darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma langsung terhadap dinding
pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya arterosklerosis
koroner (faktor koroner) yang merupakan penyebab penyakit arteri/jantung
koroner.
7.
Kegemukan (obesitas).
Obesitas
(kegemukan yang sangat) bisa merupakan manifestasi dari banyaknya lemak yang
terkandung di dalam tubuh. Seseorang yang obesitas lebih menyimpan
kecenderungan terbentuknya plak yang merupakan cikal bakal terjadinya penyakit
jantung koroner.
8.
Gaya hidup buruk.
Gaya
hidup yang buruk terutama dalam hal jarangnya olahraga ringan yang rutin serta
pola makan yang tidak dijaga akan mempercepat seseorang terkena pneyakit
jantung koroner.
9.
Stress.
Banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa bila menghadapi situasi yang tegang, dapat terjadi aritmia jantung yang membahayakan jiwa.
Banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa bila menghadapi situasi yang tegang, dapat terjadi aritmia jantung yang membahayakan jiwa.
C. ANATOMI
FISIOLOGI
2
|
Ateroma bisa menonjol ke dalam arteri dan menyebabkan arteri menjadi sempit.
Jika ateroma terus membesar, bagian dari ateroma bisa pecah dan masuk ke dalam aliran darah atau bisa terbentuk bekuan darah di permukaan ateroma tersebut.
Supaya bisa berkontraksi dan memompa secara normal, otot jantung (miokardium) memerlukan pasokan darah yang kaya akan oksigen dari arteri koroner.
Jika penyumbatan arteri koroner semakin memburuk, bisa terjadi iskemi (berkurangnya pasokan darah) pada otot jantung, menyebabkan kerusakan jantung.
Penyebab utama dari iskemi miokardial adalah penyakit arteri koroner.
Komplikasi utama dari penyakit arteri koroner adalah angina dan serangan jantung (infark miokardial).
D. PATOFISIOLOGI
Aterosklerosis dimulai ketika
kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri besar. Timbunan ini, dinamakan
ateroma atau plak akan mengganggu absorbsi nutrient oleh sel-sel endotel yang
menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran darah karena
timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah.
3
|
Berbagai teori mengenai bagaimana lesi
aterosklerosis terjadi telah diajukan,tetapi tidak satu pun yang terbukti
secara meyakinkan. Mekanisme yang mungkin, adalah pembentukan thrombus pada
permukaan plak dan penimbunan lipid terus menerus. Bila fibrosa pembungkus plak
pecah, maka febris lipid akan terhanyut dalam aliran darah dan menyumbat arteri
dan kapiler di sebelah distal plak yang pecah.
Struktur anatomi arteri koroner membuatnya rentan terhadap mekanisme aterosklerosis. Arteri tersebut terpilin dan berkelok-kelok saat memasuki jantung, menimbulkan kondisi yang rentan untuk terbentuknya ateroma.
Struktur anatomi arteri koroner membuatnya rentan terhadap mekanisme aterosklerosis. Arteri tersebut terpilin dan berkelok-kelok saat memasuki jantung, menimbulkan kondisi yang rentan untuk terbentuknya ateroma.
E. GAMBARAN
KLINIS
Ada beberapa gejala yang lebih
spesifik, antara lain:
- Nyeri. Jika otot tidak mendapatkan cukup darah (suatu keadaan yang disebut iskemi), maka oksigen yang tidak memadai dan hasil metabolisme yang berlebihan menyebabkan kram atau kejang. Angina merupakan perasaan sesak di dada atau perasaan dada diremas-remas, yang timbul jika otot jantung tidak mendapatkan darah yang cukup. Jenis dan beratnya nyeri atau ketidaknyamanan ini bervariasi pada setiap orang. Beberapa orang yang mengalami kekurangan aliran darah bisa tidak merasakan nyeri sama sekali (suatu keadaan yang disebut silent ischemia).
- Sesak napas merupakan gejala yang biasa ditemukan pada gagal jantung. Sesak merupakan akibat dari masuknya cairan ke dalam rongga udara di paru-paru (kongesti pulmoner atau edema pulmoner).
- Kelelahan atau kepenatan. Jika jantung tidak efektif memompa, maka aliran darah ke otot selama melakukan aktivitas akan berkurang, menyebabkan penderita merasa lemah dan lelah. Gejala ini seringkali bersifat ringan. Untuk mengatasinya, penderita biasanya mengurangi aktivitasnya secara bertahap atau mengira gejala ini sebagai bagian dari penuaan.
- Palpitasi (jantung berdebar-debar).
- Pusing & pingsan. Penurunan aliran darah karena denyut atau irama jantung yang abnormal atau karena kemampuan memompa yang buruk, bisa menyebabkan pusing dan pingsan.
F.
4
|
1.
ECG menunjukan: adanya elevasi yang merupakan tanda dari
iskemi, gelombang T inversi atau hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan gelombang
Q yang mencerminkan adanya nekrosis.
2.
Enzym dan Isoenzym Pada Jantung: CPK-MB meningkat dalam 4-12 jam, dan
mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan mencapai
puncak pada 36 jam.
3.
Elektrolit: ketidakseimbangan yang memungkinkan
terjadinya penurunan konduksi jantung dan kontraktilitas jantung seperti hipo
atau hiperkalemia.
4.
Whole Blood Cell: leukositosis mungkin timbul pada keesokan
hari setelah serangan.
5.
Analisa Gas Darah: Menunjukan terjadinya hipoksia atau
proses penyakit paru yang kronis atau akut.
6.
Kolesterol atau Trigliseid: mungkin mengalami peningkatan yang
mengakibatkan terjadinya arteriosklerosis.
7.
Chest X-Ray: mungkin normal atau adanya
cardiomegali, CHF, atau aneurisma ventrikiler.
8.
Echocardiogram: Mungkin harus di lakukan guna
menggambarkan fungsi atau kapasitas masing-masing ruang pada jantung.
9.
Exercise Stress Test: Menunjukan kemampuan jantung
beradaptasi terhadap suatu stress/ aktivitas.
G. PENGOBATAN
Pengobatan penyakit jantung koroner
tergantung jangkauan penyakit dan gejala yang dialami pasien.
1.
Perubahan
Gaya Hidup.
Pola makan sehat dan seimbang, dengan
lebih banyak sayuran atau buah-buahan, penting untuk melindungi arteri jantung
kita. Makanan yang kaya lemak, khususnya lemak jenuh, dapat mengakibatkan kadar
kolesterol tinggi, yang merupakan komponen utama kumpulan yang berkontribusi
terhadap penyempitan arteri jantung.
5
|
2.
Pengendalian
Faktor Resiko Utama Penyakit Jantung Koroner.
Diabetes melitus, merokok, tingkat kolesterol tinggi, dan
tekanan darah tinggi adalah empat faktor utama yang mengakibatkan resiko
penyakit jantung koroner lebih tinggi. Pengendalian keempat faktor resiko utama
ini dengan baik melalui perubahan gaya hidup dan/atau obat-obatan dapat
membantu menstabilkan progresi atherosklerosis, dan menurunkan resiko
komplikasi seperti serangan jantung.
3. Terapi Medis.
Berbagai obat-obatan membantu pasien dengan penyakit
arteri jantung. Yang paling umum diantaranya:
a. Aspirin / Klopidogrel / Tiklopidin.
Obat-obatan ini mengencerkan darah dan mengurangi
kemungkinan gumpalan darah terbentuk pada ujung arteri jantung menyempit, maka
dari itu mengurangi resiko serangan jantung.
b.
Beta-bloker
(e.g. Atenolol, Bisoprolol, Karvedilol).
Obatan-obatan ini membantu untuk mengurangi detak jantung
dan tekanan darah, sehingga menurunkan gejala angina juga melindungi jantung.
c.
Nitrates
(e.g. Isosorbide Dinitrate).
Obatan-obatan ini bekerja membuka arteri jantung, dan
kemudian meningkatkan aliran darah ke otot jantung dan mengurangi gejala nyeri
dada.
Bentuk nitrat bereaksi cepat, Gliseril Trinitrat, umumnya
diberikan berupa tablet atau semprot di bawah lidah, biasa digunakan untuk
penghilang nyeri dada secara cepat.
d.
Angiotensin-Converting
Enzyme Inhibitors (e.g. Enalapril, Perindopril) and Angiotensin Receptor
Blockers (e.g. Losartan, Valsartan).
Obatan-obatan ini memungkinkan aliran darah ke jantung
lebih mudah, dan juga membantu menurunkan tekanan darah.
e. Obatan-obatan penurun lemak (seperti Fenofibrat,
Simvastatin, Atorvastatin, Rosuvastatin).
6
|
4.
Intervensi
Jantung Perkutan.
Ini adalah metode invasif minimal untuk membuka arteri
jantung yang menyempit. Melalui selubung plastik ditempatkan dalam arteri baik
selangkang atau pergelangan, balon diantar ke segmen arteri jantung yang
menyempit, dimana itu kemudian dikembangkan untuk membuka penyempitan.
Kemudian, tube jala kabel kecil (cincin) disebarkan untuk
membantu menahan arteri terbuka. Cincin baik polos (logam sederhana) atau
memiliki selubung obat (berlapis obat).
Metode ini seringkali menyelamatkan jiwa pasien dengan
serangan jantung akut. Untuk penyakit jantung koroner stabil penyebab nyeri
dada, ini dapat meringankan gejala angina dengan sangat efektif. Umumnya,
pasien dengan penyakit pembuluh darah single atau double mendapat keuntungan
dari metode ini. Dengan penyakit pembuluh darah triple, atau keadaan fungsi
jantung buruk, prosedur bedah dikenal dengan Bedah Bypass Arteri Jantung sering
merupakan alternatif yang baik atau pilihan pengobatan yang lebih baik.
5. Operasi.
a. Bedah Bypass Arteri Jantung (CABG).
CABG melibatkan penanaman arteri atau vena lain dari
dinding dada, lengan, atau kaki untuk membangun rute baru untuk aliran darah
langsung ke otot jantung. Ini menyerupai membangun jalan tol parallel ke jalan
yang kecil dan sempit.
Ini adalah operasi yang aman, dengan rata-rata resiko
kematian sekitar 2%. Pasien tanpa serangan jantung sebelumnya dan melakukan
CABG sebagai prosedur elektif, resiko dapat serendah 1 persen.
Operasi biasanya dilakukan melalui sayatan di tengah
dada, ahli bedah memilih untuk melakukan prosedur dengan jantung masih berdetk,
menggunakan alat khusus yang dapat menstabilkan porsi jantung yang dijahit.
b. Operasi Robotik.
7
|
Metode ini menghasilkan pemulihan lebih cepat, mengurangi
nyeri, dan resiko infeksi luka lebih rendah. Namun, ini sesuai untuk bypass
hanya satu atau dua pembuluh darah.
c.
Revaskularisasi
Transmiokardia.
Untuk pasien dengan pembuluh darah yang terlalu kecil
untuk melakukan CABG, prosedur disebut Revaskularisasi Transmiokardia juga
tersedia di NHCS.
Pada prodesur ini, laser digunakan untuk membakar banyak
lubang kecil pada otot jantung. Beberapa lubang ini berkembang ke pembuluh
darah baru, dan ini membantu mengurangi angina.
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
a. Identitas
1) Identitas Klien
Nama : Tn. M
Umur : 50 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SLTA
Pekerjaan : Tidak bekerja
Suku / bangsa : Sunda / Indonesia
Status marital : Menikah
Tanggal masuk RS : 11 April 2005
Tanggal Pengkajian : 12 April 2005
No. Medrek : 05018869
Diagnosa medis : Coronary Artery Desease (CAD) Angina Pektoris Akut
Alamat : Citepus II No. 24 Cicendo
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. A
Umur : 45 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Perawat
Hubungan dengan klien : Istri
Alamat : Citepus II No. 24 Cicendo
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri pinggang.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Lima
bulan sebelum masuk rumah sakit, klien mengeluh nyeri pinggang yang
terasa panas dan menyebar ke dada. Nyeri dirasakan bertambah apabila
klien terlalu banyak aktivitas dan kurang minum, nyeri makin lama
dirasakan semakin berat. Dan sehari sebelum masuk rumah sakit klien
mengeluh nyeri pinggang yang terasa panas dan menyebar ke dada sehingga
keluarga klien langsung membawa klien ke UGD RSHS dan dirawat di ruangan
CICU.
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 12 April 2005,
klien mengatakan nyeri pinggang yang terasa panas tetapi tidak menyebar
ke dada. Nyeri dirasakan bertambah apabila klien terlalu banyak
aktivitas dan kurang minum dan nyeri berkurang apabila klien istirahat.
Nyeri pada pinggang terasa panas yang dirasakan semakin lama semakin
berat, lamanya nyeri + 5 menit. Nyeri pinggang yang terasa panas
tidak menyebar ke area dada. Skala nyeri 2 dari skala 0-5. Nyeri
dirasakan apabila klien sedang stress, terlalu banyak aktivitas dan
kurang minum.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien
termasuk perokok berat. Klien merokok sejak SMP, sehari habis 2-3
bungkus, jenis rokok dji sam tsu. Dan sejak klien di diagnosa memiliki
penyakit jantung klien berhenti merokok secara perlahan-lahan atas
anjuran dokter. Klien mempunyai riwayat Hiperkolesterol, pada tahun 2000
klien di pasang balon dan pada tahun 2004 klien di operasi Coronary
Artery Bypass Graft (CABG).
4) Riwayat kesehatan keluarga
Di
keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit jantung namun ayak
klien mempunyai riwayat penyakit hipertensi. Dalam keluarga klien tidak
ada yang mempunyai riwayat penyakit menular seperti TBC dan Hepatitis.
c. Pola Aktivitas Sehari-Hari
No
|
Pola Aktivitas
|
Di Rumah
|
Di Rumah Sakit
|
1
|
Nutrisi
a. Makan
· Frekuensi
· Jenis
· Pantangan
· Keluhan
b. Minum
· Frekuensi
· Jenis
· Keluhan
|
· 3 x/hari
· Nasi, lauk pauk, sayuran
· Makanan berlemak dan gorengan
· Tidak ada keluhan
· 1500 - 2000 cc/hari
· Air putih
· Apabila kurang minum suka sakit pinggang
|
· 3 x/hari
· Diet bubur/lunak
· Makanan yang tinggi garam dan berlemak
· Tidak ada keluhan
· 1000 - 2500 cc/hari
· Air putih
· Karena banyak minum klien jadi sering kencing
|
2
|
Eliminasi
a. BAB
· Frekuensi
· Konsistensi
· Keluhan
b. BAK
· Frekuensi
· Warna
· Keluhan
|
· 1-2 hari sekali
· Lembek, warna kuning
· Tidak ada masalah
· 5 – 6x/.hari
· Kuning jernih
· Tidak ada keluhan
|
· 1 x sehari
· Lembek, warna kuning
· Tidak ada masalah
· 10 – 12 x/hari
· Kuning jernih
· Klien sering kencing pada malam hari.
|
3
|
Personal Hygiene
a. Mandi
b. Gosok gigi
c. Keramas
d. Ganti pakaian
e. Gunting kuku
f. Keluhan
|
· 2 x/hari
· 2 x/hari saat mandi
· 2 x seminggu
· 2 x/hari
· 1 x seminggu
· Tidak ada masalah
|
· 1 x/hari, diseka
· 1 x/hari
· Belum pernah
· 1 x/hari
· Belum pernah
· Tidak ada masalah
|
4
|
Intirahat Tidur
a. Tidur siang
b. Tidur malam
c. Keluhan
|
· Jarang
· 5 – 7 jam
· Tidak ada keluhan
|
· 2 - 3 jam
· 5 – 6 jam
· Klien sering terbangun tengah malam karena ingin kencing sehingga mengganggu waktu tidur.
|
5
|
Pola aktivitas
|
Klien bekerja wiraswasta tapi sejak sering sakit klien hanya tinggal di rumah.
|
Karena
klien sakit sehingga aktivitas klien menjadi terbatas, tetapi klien
masih bisa memenuhi ADL nya dengan mandiri ataupun dibantu oleh
keluarga.
|
d. Pemeriksaan Fisik
a) Sistem Pencernaan
Mukosa
bibir kering, lesi (-), warna gigi kuning gading, ada caries, gigi
berjumlah 32 tetapi terdapat gigi palsu 7 : 3 1 1 2 2 1 1 2
2 2 1 2 2 1 1 1
warna
lidah merah muda, tak ada lesi, mukosa mulut lembab. Bentuk abdomen
datar, asites (-), tidak teraba pembesaran hepar dan lien. Bising usus 8
x/menit. Pada palpasi abdomen tidak teraba distensi.
b) Sistem Pernafasan
Bentuk
hidung simetris, septum nasi terletak ditengah, lesi (-), PCH (-),
mukosa rongga hidung kering, tidak ada nyeri pada palpasi sinus. Bentuk
leher simetris, bentuk thorak simetris, tidak ada retraksi otot
interkostalis, ekspansi kedua paru sama, bunyi paru resonan, frekuensi
nafas cepat 20 x/menit, tidak ada clubing finger.
c) Sistem Kardiovaskuler
Tidak
ada oedema kelopak mata, tidak terdapat peningkatan JVP, bunyi jantung
S1 dan S2 murni regular, terdengar agak melemah, apek kordis teraba di
ICS ke 5 midklavikula kiri, CRT kembali kurang dari 3 detik,
d) Sistem Endokrin
Tidak
terdapat pembesaran kelenjar thyroid dan getah bening, pertumbuhan
badan sesuai dengan usia, tidak ada tremor pada anggota tubuh, tidak ada
hiper atau hipopigmentasi pada area tubuh tertentu.
e) Sistem Perkemihan
Tidak
teraba pembengkakan pada ginjal kiri dan kanan, tidak ada nyeri tekan
pada kedua ginjal. Blas teraba penuh, tidak terpasang kateter.
f) Sistem Muskuloskeletal
Ekstremitas Atas :
Bentuk
simetris, tidak terdapat oedema, tidak terdapat luka, tidak terpasang
infus. Reflek bisep +/+, reflek tricep +/+, ROM (+), kekuatan otot 5/5.
Ekstremitas Bawah :
Bentuk simetris, tidak ada luka, tidak terdapat odema, refleks patella +/+, ROM (+), kekuatan otot 5/5.
g) Sistem Integumen
Distribusi
rambut merata, warna hitam, tidak rontok, kulit kepala bersih, kuku
tangan dan kaki pendek dan cukup bersih, suhu tubuh 36,70 C.
h) Sistem Persyarafan
(a) Kesadaran
Kompos mentis dengan nilai GCS E4 M6 V5, orientasi terhadap tempat, orang dan waktu sangat baik.
(b) Memori
Memori klien tidak terganggu, klien dapat mengingat tanggal, bulan dan tahun kelahirannya.
(c) Tes Fungsi Kranial
v N. Olfaktorius
Fungsi penciuman klien baik, klien dapat membedakan bau kayu putih dan bau alkohol dengan tepat.
v N. Optikus
Klien dapat membaca papan nama mahasiswa dengan benar dari jarak kurang lebih 30 cm.
v N. Okulomotoris, trochlearis dan abdusen
Klien
dapat menggerakan bola matanya ke lateral, samping kiri kanan dan
oblique, refleks pupil terhadap cahaya +/+, tidak ada strabismus.
v N. Trigeminus
Klien
dapat merasakan usapan kapas pada dahi, pipi dan mandibula sambil
matanya ditutup. Teraba kontraksi otot masseter pada saat klien
mengunyah.
v N. Fasialis
Klien
dapat mengangkat alis secara simetris, dapat tersenyum dengan bibir
simetris. Klien dapat merasakan rasa manis, asin dan asam pada saat
makan.
v N. Akustikus
Klien
dapat mendengarkan pertanyaan-pertanyaan dengan suara yang tidak
terlalu keras dan dapat menjawabnya sesuai dengan apa yang ditanyakan.
v N. Glosofaringeus dan Vagus
Uvula terletak ditengah, ovula bergetar saat klien mengatakan “ah…”, refleks menelan baik.
v N. Assesorius
Klien dapat mengangkat kedua bahu secara simetris, dapat menoleh kearah kiri dengan melawan tahanan tangan perawat.
v N. Hipoglosus
Klien
dapat menjulurkan lidahnya secara simetris dan dapat menggerakannya ke
atas dan ke bawah, samping kiri dan kanan secara simetris.
e. Data Psikologis
1) Status emosi
Saat
dikaji emosi klien tampak stabil, ekspresi wajah klien sesuai dengan
apa yang dibicarakannya. Klien mengatakan ingin cepat pulang, klien
mengatakn tidak mau terlalu lama dirawat karena klien tidak mau menambah
beban keluarganya.
2) Konsep diri
a) Gambaran diri
Klien
menerima keadaan kondisi fisiknya sekarang, klien mengatakan tidak ada
yang istimewa pada anggota tubuhnya dan klien menyenangi semua anggota
tubuhnya.
b) Harga diri
Klien
mersa bangga pada istrinya walaupun istrinya sibuk bekerja sebagai
perawat tetapi setiap hari setelah selesai bekerja selalu menemaninya.
c) Ideal diri
Klien berharap cepat sembuh dan cepat pulang. Walaupun setelah pulang klien hanya diam di rumah karena klien tidak bekerja.
d) Identitas diri
klien
mengatakan sebagai kepala keluarga bagi anggota keluarganya, ia tetap
dianggap ayah sekaligus suami oleh anak dan istrinya.
e) Peran diri
Semenjak
klien sering sakit klien tidak bekerja lagi karena kondisi klien tidak
memungkinkan, tetapi anggota keluarganya sudah menerima keadaan dirinya
tetapi klien merasa tidak dapat berperan seutuhnya sebagai kepala
keluarga yang seharusnya memberikan nafkah pada keluarganya.
3) Gaya komunikasi
Klien berbicara jelas dan santai, klien mengurangi banyak bicara agar tidak terlalu capek.
4) Pola koping
Bila ada masalah dalam keluarga, klien suka membicarakannya dengan istrinya dengan harapan dapat terpecahkan masalahnya.
f. Data Sosial
1) Hubungan Sosial
Klien
tinggal dalam satu kamar bersama dengan 5 klien lainnya, hubungan klien
dengan anggota keluarga sangat baik. Klien cukup kooperatif terhadap
perawat, mahasiswa dan dokter. Klien tidak menarik diri dari lingkungan.
Klien tidak mengikuti organisasi masyarakat di tempat tinggalnya.
2) Gaya hidup
Setiap
harinya klien hanya tinggal di rumah karena klien tidak bekerja.
Semenjak mempunyai penyakit jantung klien mempunyai pantangan minum kopi
dan juice alpukat serta pantangan makan gorengan dan makanan berlemak
karena klien tidak mau memperberat penyakitnya.
g. Data Spiritual
1) Falsafah Hidup
Klien
seorang muslim, menyadari bahwa setiap orang ada saatnya sakit dan
saatnya sehat, sakit yang dialaminya sekarang merupakan ujian dari
Allah.
2) Konsep ketuhanan
Klien selalu berdoa dan berharap kepada Allah SWT agar diberikan kesembuhan, ia pasrah dengan keadaannya sekarang
h. Data Penunjang
1) Laboratorium
Tanggal 8 April 2005
Jenis pemeriksaan
|
Hasil
|
Nilai rujuk
|
Haematologi
| ||
Hb
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
APTT
|
13,1
6100
40
201.000
37,1
|
13 – 18 gr/dl
3,8 – 10.6 ribu
40 – 42
150 – 440 ribu
22,4 – 42,4 detik
|
Kimia darah
| ||
Ureum
Kreatinin
Glukosa puasa
|
29
10
75
|
15 – 50 mg/dl
0,6 – 1,1 mg/dl
70 – 110 mg/dl
|
Tanggal 11 April 2005
| ||
APTT
|
23 (CN, 26,8)
|
CN +/-10 detik
|
2) Terapi
ü Plavix 1 x 1 tablet
ü Tromboaspilet 2 x 1 tablet
ü Cedocard 5
ü ISDN 3 x 10
2. Analisa Data
No
|
Data
|
Kemungkinan Penyebab Dan Dampak
|
Masalah
| |||||||||||||||
1
|
DS :
– Klien mengatakan nyeri pada pinggang tersa panas dan dirasakan semakin berat
– Klien
mengatakan nyeri dirasakan ber (+) jika klien terlalu banyak
aktivitas dan kurang minum dan ber (-) jika klien istirahat
DO :
– Klien dengan CAD Angina Pektoris Akut
– Nyeri tidak menyebar ke area dada
– Lamanya nyeri + 5 mnt
– Skala nyeri 2 dari skala 0-5
– TD : 120 / 80 mmhg
N : 73 x / menit R : 20 x / menit
S : 36,7 0C
|
Atherosclerosis
Supply O2 ke koroner menurun
Metabolisme anaerob
Merangsang pelepasan substansi P, bradikinin, histamin, serotonin dan prostaglandin
Merangsang nosi reseptor
Dihantarkan oleh serabut syaraf delta A dan C
Dialirkan dalam bentuk elektrokimia impuls ganglion radiks menuju dorsal horn di medulaspinalis
Dihantarkan ke traktus spinothalamikus
Thalamus
Cortex cerebri
Nyeri dipersepsikan
|
Gangguan rasa nyaman : nyeri
| |||||||||||||||
2
|
DS :
- Klien mengatakan pada malam hari sering banyak minum
- Klien mengatakan ketika tidur sering terbangun karena ingin kencing
DO :
- Klien minum 1000-2500 cc/hari
- Klien BAK 10-12 x/hari
- Tidur klien pada malam hari 5 – 6 jam
- Klien sering terbangun tengah malam karena ingin kencing
|
Intake cairan pada malam hari berlebih
Peningkatan isi kandung kemih
Merangsang kandung kemih
Poliuria
Merangsang syaraf otonom
Aktivasi nor epineprin
Simpatis terangsang
RAS teraktivasi
Mengaktifkan kerja organ
REM menurun
Klien sering terjaga
|
Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat : tidur
| |||||||||||||||
3
|
DS :
- Klien mengatakan ingin cepat pulang karena tidak mau membebani keluarganya
- Klien mengatakan selama klien sakit klien tidak bekerja lagi
- Klien mengatakan tidak dapat menjalankan seutuhnya peran sebagai kepala keluarga
DO :
- Klien menderita CAD + sudah 5 tahun
- Klien sejak sakit tidak bekerja lagi
- Istrinya bekerja sebagai perawat
|
Klien menderita CAD + 5 tahun
Klien sejak sakit tidak bekerja
Klien tidak dapat memenuhi kewajibannya memberikan nafkah untuk keluarganya
Klien tidak dapat berperan seutuhnya sebagai kepala keluarga
|
Gangguan konsep diri : peran
|
3. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas Masalah
- Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan penurunan supply O2 ke koroner
- Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat : tidur berhubungan poliuria pada malam hari
- Gangguan konsep diri : peran berhubungan dengan tidak dapat berperan seutuhnya sebagai kepala keluarga
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Intervensi
| ||
Tujuan
|
Rencana
|
Rasional
| ||
1.
|
Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d penurunan supply O2 ke koroner ditandai dengan :
DS :
– Klien mengatakan nyeri pada pinggang tersa panas dan dirasakan semakin berat
– Klien
mengatakan nyeri dirasakan ber (+) jika klien terlalu banyak
aktivitas dan kurang minum dan ber (-) jika klien istirahat
DO :
– Klien dengan CAD Angina Pektoris Akut
– Nyeri tidak menyebar ke area dada
– Lamanya nyeri + 5 mnt
– Skala nyeri 2 dari skala 0-5
– TD : 120 / 80 mmhg
N : 73 x / menit R : 20 x / menit
S : 36,7 0C
|
Tupan :
Rasa nyaman klien terpenuhi
Tupen :
Setelah dilakukan perawatan selama 2 hari, nyeri berkurang dengan kriteria evaluasi:
- Klien mengatakan nyeri berkurang
- Klien mampu melakukan teknik distraksi dan relaksasi
- Klien tampak tenang
- Skala nyeri berkurang menjadi 1
- Tanda-tanda vital dalam batas normal :
s TD : 120/ 90 mmhg
s N : 60 – 100 x / menit
s RR : 12 – 20 x / menit
s S : 36,5 – 37,5 0C
|
1. Kaji tanda-tanda vital
2. Atur posisi klien senyaman mungkin
3. Tenangkan
klien bahwa perawat mengetahui nyeri yang dirasakan klien adalah
nyata dan perawat akan membantu klien mengurangi nyeri tersebut
4. Kaji respon perilaku klien terhadap nyeri dan pengalaman nyeri
5. Berikan dorongan penggunaan strategi pereda nyeri yang telah klien terapkan dengan berhasil pada pengalaman nyeri sebelumnya
6. Lakukan setiap tindakan secara perlahan
7. Berikan tindakan kenyamanan, contoh : pijatan pinggang, nafas dalam, latihan relaksasi, ajak klien ngobrol
8. Kaji respon nyeri, catat lokasi, lama, intensitas (0-5) dan karakteristiknya (dangkal, tajam, konstan)
9. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : analgetik, narkotik
|
1. Mengetahui keadaan umum klien
2. Posisi yang nyaman dapat menurunkan ketegangan otot dan meningkatkan kenyamanan
3. Rasa takut bahwa nyerinya tidak dianggap nyata dapat meningkatkan ansietas dan mengurangi toleransi nyeri
4. Memberikan informasi tambahan tentang nyeri klien
5. Memberikan dorongan strategi peredaan nyeri yang dapat diterima klien dan keluarga
6. Gerakan perlahan dapat menurunkan spasme otot
7. Membantu menurunkan rasa nyeri
8. Membantu menentukan pilihan keefektifan intervensi. Tingkat ansietas dapat mempengaruhi persepsi/ reaksi terhadap nyeri
9. Dapat memblokir penghantaran rangsang nyeri
|
2
|
Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat : tidur b.d poliuria pada malam hari ditandai dengan :
DS :
- Klien mengatakan pada malam hari sering banyak minum
- Klien mengatakan ketika tidur sering terbangun karena ingin kencing
DO :
- Klien minum 1000-2500 cc/hari
- Klien BAK 10-12 x/hari
- Tidur klien pada malam hari 5 – 6 jam
- Klien sering terbangun tengah malam karena ingin kencing
|
Tupan:
Kebutuhan istirahat tidur terpenuhi
Tupen :
Setelah diberikan penjelasan selama 2 hari, poliuria klien berkurang dengan kriteria evaluasi :
- Klien dapat membatasi minum pada malam hari
- Klien mengatakan tidak kencing terus pada malam hari
- Klien mengatakan tidurnya nyenyak
|
1. Anjurkan klien utnuk mengurangi minum pada malam hari
2. Anjurkan klien untuk menyimpan pispot dekat tempat tidur
3. Berikan
lingkungan yang tenang bagi klien dengan mengurangi jumlah
pengunjung, ruangan yang tidak terlalu terang dan ruangan yang sepi
4. Lakukan hal-hal yang menjadi kebiasaan klien sebelum tidur
5. Ciptakan lingkungan yang tenang menjelang tidur malam
|
1. Mengurangi intake cairan pada malam hari sehingga kandung kemih tidak terlalu penuh
2. Memudahkan
klien dan mengurangi klien untuk terus terjaga karena harus bolak
balik ke kamar mandiklien agar lebih mudah untuk tidur
3. Memberikan rasa aman dan nyaman bagi klien serta meningkatkan relaksasi dan kesiapan untuk tidur
4. Menurunkan stimulus sensori dari lingkungan sekitar yang akan menghambat tidur nyenyak
5. Mengurangi mual dan muntah
|
3
|
Gangguan konsep diri : peran b.d tidak dapat berperan seutuhnya sebagai kepala keluarga, ditandai dengan :
DS :
- Klien mengatakan ingin cepat pulang karena tidak mamu membebani kelluarganya
- Klien mengatakan selama klien sakit klien tidak bekerja lagi
- Klien mengatakan tidak dapat menjalankan seutuhnya peran sebagai kepala keluarga
DO :
- Klien menderita CAD + sudah 5 tahun
- Klien sejak sakit tidak bekerja lagi
- Istrinya bekerja sebagai perawat
|
Tupan :
Kebutuhan peran klien terpenuhi
Tupan
Setelah
penjelasan selama 2 hari klien dapat mengerti akan perubahan peran
akibat penyakit yang dideritanay, dengan kriteria :
- Klien tampk lebih tenang
- Klien mengerti akan perubahan peran yang dialami selama klien sakit
|
1. Bantu klien untuk memperluas kesadaran dirinya
2. Bri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya
3. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk mengekspresikan perhatiannya dan diskusikan cara mereka dapat membentu klien
4. Identifikasi sistem pendukung untuk gantikan peran selama klien sakit
5. Anjurkan klien untuk bekerja dibidang yang tidak terlalu banyak menguras tenaganya
|
1. Dengan memperluas kesadaran diri klien, diharapkan klien dapat menerima keadaan dirinya
2. Dengan menyatakan perasaannya dapat mengurangi cemas pada klien
3. Dengan adanya perhatian dari keluarga menambah motivasi klien dan deegan diskusi menambah pengetahuan keluarga
4. Meningkatkan ketenangan serta menurunkan stress selama peran tergantiakn
5. Bekerja di bidang yang tidak terlalu menguras tenaga dapat mengurangi beban kerja jantung, sehingga klien tidak cepat capek
|
B. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Tanggal
|
DP
|
Waktu
|
Tindakan Keperawatan dan Evaluasi
|
Paraf
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
12 - 4 - 05
|
1
2
3
1
1
2
2
|
21.00
21.10
21.15
21.20
21.25
21.30
21.30
|
Ø Mengkaji tanda-tanda vital
Hasil :
TD : 120 / 80 mmhg
N : 73 x / menit R : 20 x / menit
S : 36,7 0C
Ø Menciptakan
lingkungan yang tenang menjelang tidur malam dan memberikan
lingkungan yang tenang bagi klien dengan mengurangi jumlah pengunjung,
ruangan yang tidak terlalu terang dan ruangan yang sepi
Hasil :
Pengunjung dibatasi dan lingkungan sekitar tenang
Ø Memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya
Hasil :
Klien mampu mengungkapkan perasaannya
Ø Mengkaji skala nyeri
Hasil :
Skala nyeri 2 dari skala 0-5
Ø Mengatur posisi klien senyaman mungkin
Hasil :
Posisi klien dengan head up 30 o
Ø Menganjurkan klien untuk mengurangi minum pada malam hari
Hasil :
Klien mengurangi minum pada malam hari
Ø Menganjurkan klien untuk menyimpan pispot dekat tempat tidur
Hasil :
Pispot disimpan dibawah tempat tidur
|
Marni
Marni
Marni
Marni
Marni
Marni
Marni
|
14 - 4 - 05
|
1
1
1
1
1
1
1
1
3
3
3
3
|
07.15
08.00
08.15
08.25
08.30
08.40
09.00
10.00
10.30
11.00
11.15
1145
|
Ø Mengatur posisi klien dan merapihkan tempat tidur klien senyaman mungkin
Hasil :
Posisi klien dengan head up 30 o dan tempat tidur klien rapih
Ø Mengkaji tanda-tanda vital
Hasil :
TD : 130 / 80 mmhg
N : 80 x / menit R : 18 x / menit
S : 37 0C
Ø Mengkaji skala nyeri
Hasil :
Skala nyeri 2 dari skala 0-5
Ø Menenangkan
klien bahwa perawat mengetahui nyeri yang dirasakan klien adalah
nyata dan perawat akan membantu klien mengurangi nyeri tersebut
Hasil :
Klien terlihat lebih tenang
Ø Memberikan tindakan kenyamanan, contoh : pijatan pinggang, nafas dalam, latihan relaksasi, ajak klien ngobrol
Hasil :
Klien mau diajak ngobrol dan menarik napas dalam
Ø Memberikan
dorongan penggunaan strategi pereda nyeri yang telah klien terapkan
dengan berhasil pada pengalaman nyeri sebelumnya
Hasil :
Bila nyeri klien suka memijat pinggangnya dan banyak minum
Ø Mengkaji respon perilaku klien terhadap nyeri dan pengalaman nyeri
Hasil :
Ketika nyeri klien mengusap-usap pinggangnya dan merubah posisi tidur senyaman mungkin
Ø Memberikan terapi obat per oral sesuai jadwal
Hasil :
- Plavix 1 tablet / oral
- Tromboaspilet 1 tablet / oral
- Cedocard / oral
- ISDN / oral
Ø Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk mengekspresikan perhatiannya dan diskusikan cara mereka dapat membentu klien
Hasil :
Keluarga mengunjungi klien dan menemani klien
Ø Memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya
Hasil :
Klien mampu mengungkapkan perasaannya
Ø Mengidentifikasi sistem pendukung untuk gantikan peran selama klien sakit
Hasil :
Orang yang menggantikan perannya selama klien sakit adalah istrinya
Ø Menganjurkan klien untuk bekerja dibidang yang tidak terlalu banyak menguras tenaganya
Hasil :
Klien mengatakan setelah sembuh klien akan berusaha mencari kerja yang sesuai dengan kemampuannya
|
Marni
Marni
Marni
Marni
Marni
Marni
Marni
Marni
Marni
Marni
Marni
Marni
|